Selasa, 10 Februari 2009

Imbangan Protein Hewani Dan Nabati Dalam Formulasi Ransum Broiler

Protein adalah zat organik yang mengandung unsur karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor. Protein merupakan zat makanan utama yang mengandung nitrogen. Protein ini merupakan zat nutrisi yang esensial bagi kehidupan karena merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ayam broiler ada beberapa kandungan zat nutrisi yang perlu diperhatikan antara lain: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Protein sangat penting karena diperlukan untuk memperbaiki jaringan tubuh, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme zat-zat vital dalam fungsi tubuh, pembentukan enzim-enzim esensial bagi fungsi tubuh dan hormon-hormon tertentu.

Dalam memformulasi ransum unggas (broiler) disamping memperhatikan imbangan antara protein dan energi ternyata kita perlu juga memperhatikan imbangan protein penyusun ransum itu sendiri. Hal ini disebabkan protein dalam formulasi ransum ada yang berasal dari protein hewani dan protein nabati.

Protein dalam ransum biasanya bersumber dari protein nabati dan protein hewani. Protein hewani lebih unggul dari pada protein nabati karena protein hewani mengandung asam-asam amino esensial yang sempurna dan seimbang. Disamping itu, protein hewani memiliki rantai karbon lebih pendek sehingga lebih mudah dicerna, sedang protein nabati mempunyai rantai karbon yang lebih panjang sehingga lebih sulit dicerna.

Sumber protein hewani yang digunakan dalam formulasi ransum unggas (broiler) umumnya berasal dari tepung ikan karena tepung ikan merupakan sumber asam-asam amino serta calsium, phospor yang baik. Sedangkan sumber protein nabati sebagian besar bersumber dari bungkil kedelai disamping bahan pakan lainnya. Dengan adanya kombinasi dari sumber protein yang berasal dari protein hewani dan nabati diharapkan keseimbangan zat-zat makanan yang dibutuhkan dapat terpenuhi karena adanya saling melengkapi diantara kekurangan tersebut.

Ransum akan mengandung 6 – 9 % atau 1/3 bagian protein hewani (bila penggunaan tepung ikan 10 – 15% dengan kandungan protein 60%) dan sisanya 13 – 16 % protein nabati dari total protein dalam formulasi ransum 22%. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui pada imbangan berapakah penggunaan protein hewani memberi pertumbuhan (pertambahan bobot badan) yang baik guna mencapai hasil yang lebih ekonomis karena protein sumber hewani harganya lebih mahal dibanding nabati.

Berdasarkan hasil penelitian Yunilas (1998), penggunaan berbagai imbangan protein hewani dengan nabati 5/12 bagian (9,16%) R1; 4/12 bagian (7,33%) R2; 3/12 bagian (5,50%) R3 dan 2/12 bagian (3,66%) R4 dari total protein ransum menunjukkan hasil berpengaruh sangat nyata (P<0 data-blogger-escaped-.01="">

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memformulasi ransum, tidak hanya ditentukan oleh besarnya persentase protein dalam ransum, akan tetapi sangat ditentukan oleh kandungan asam-asam amino esensial yang seimbang. Untuk itu imbangan protein asal hewani dan nabati sangat menentukan karena dapat saling menutupi kekurangan asam-asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh.

Sumber :
Yunilas. 1998. Performan Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani dalam Ransum. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.


Yunilas, FP USU Medan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20899/1/agp-apr2005-5.pdf 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar