Produk pangan
asal unggas mudah mengalami penurunan kualitas akibat terkontaminasi oleh
mikroba yang terjadi selama penanganan, pengolahan maupun saat transfortasi
seperti oleh bakteri salmonelosis, listeriosis, camphylobakteriosis.
Berdasarkan
hasil penelitian Harianto dan Hizrah (2002) menyatakan bahwa bakteri Salmonella
ditemukan pada 5 butir telur ayam ras (33,33%) sampel dari pasar tradisional
di kota Medan. Ada kecenderungan berasal dari telur yang kotor. Demikian juga
pada karkas ayam sumber infeksi Salmonella berasal dari kontaminasi bakteri
patogen pada bahan pangan, misalnya karkas ayam yang dapat terjadi selama penanganan,
pengolahan, transportasi maupun kontaminasi silang pada saat pemasaran.
Selanjutnya Soeparno (1998) menyatakan Salmonella ini dapat menyebabkan keracunan
makanan, dan menimbulkan keracunan pada manusia. Kematian akibat Salmonella
biasanya terjadi pada bayi, orang tua, dan individu yang kondisinya lemah.
Tingkat kontaminasi Campylobacter
jejuni (22,61%) pada sampel ayam dari 13 pasar tradisional dan supermarket
di Jakarta Selatan, Tangerang, Bogor dan Sukabumi. Tingkat kontaminasi Campylobacter
jejuni di pasar tradisional (10,44%) lebih rendah dibandingkan dari
supermarket (12,17%) (Poeloengan et al., 2003).
Tingginya tingkat cemaran bakteri E.
Coli atau coliform pada daging ayam (bloiler, layer jantan,
buras dan persilangan) di RPA atau pasar tradisional (12,99 – 292,20 x 107
jumlah kuman per gram) di Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Semarang dan
Surabaya yang sudah melebihi ambang batas maksimal yaitu 5 x 105 per gram (Budinuryanto
et. al., 2002). Tingginya tingkat cemaran bakteri E. Coli atau coliform
dapat menghambat pertumbuhan Campylobacter jejuni karena tertutup
bakteri tersebut. Konsumsi daging ayam sebagai faktor resiko utama terjadinya Campylobacteriosis
(gastroenteritis) pada manusia. Sepertiga sampai setengah daging ayam
mentah yang dijual di Amerika terkontaminasi Campylobacter spp. (CDC, 1998).
Karena factor karakteristik aktivitas
pemotongan, penanganan dan sistem keamanan di RPA atau pasar tradisional masih
sederhana, maka hanya sekitar 50% hasil grading mutu karkas ayam termasuk mutu
I SNI. Sistem keamanan pangan pada karkas/daging ayam dari RPA atau pasar
tradisional masih belum efektif dan aman terhadap kontaminasi mikroorganisme (Abubakar
dan Nuryanto, 2003; Wasito et. al., 2004).
Kontaminasi Mikroba
Pada Produk Unggas
Kontaminasi
bakteri pada telur dapat menyebabkan kebusukan seperti salmonell. Oleh karena
itu agar bakteri dapat mati maka telur perlu dimasak pada suhu 630C, 30 menit. Biasanya kontaminasi Kontaminasi
terjadi sebelum peneluran di usus dan cloaka. Salmonella penting sekali sebelum
frozen egg, karena telur ditempatkan pada suhu ideal untuk salmonella
berkembang.
Proses
terjadinya kontaminasi dari sarang, vent waktu telur masih basah,bakteri masuk
kedalam dari tanah dan lainna yang lebih penting adalah kuman gram negative
karena menyebabkan kebusukan.
Pada oviduct ada zat anti
mikrobial, tetapi karena peristaltic kuman ikut ke atas dan dibungkus oleh
telur, kontaminasi melalui darah. Pada itik salmonella masuk lewat air minum kloaka dan ayam dari makanan
Siklusnya kontaminasi; orang à
sapi à
MBM à
makanan ayam à
ayam à
orang.
Jamur, karena
jamur punya julur, julurnya masuk kepori telur dan akan melysis protein hingga
jadi busuk (whisker).
Telur yang ada kelainan akan tampak melalui candling.
Pada telur alam menyediakan zat anti microbial agar telur awet;
- kulit dan membrane telur, carrier dinamis bakteri
- kimiawi; membrane + albumen
à lysozyme=
enzim yang menghancurkan bakteri
- kutikula, berpori 9 – 35 mikron,
à hingga
lebih banyak telur busuk karena dilap, apalagi lap basah
dilap;
menghapus cuticula,
basah
merembes
- lyzsozyme; beberapa bakteri akan mati
- albumen mengandung;
Lysozyme,
conalbumin, mematikan bakteri. Jika jumlah bakteri normal, tidak terjadi penetrasi
bakteri kecuali bakteri gram negatef,
lysozyme + conalbumin tidak begitu mebunuh gram
negatif.
Bakteri pembusuk dalam telur ditentukan;
1.infeksi awal dikulit telur,
2.Suhu penyimpanan; 370C à
coliform, 100C à
pseudomonas,
Sebaiknya
disimpan < 100C agar lebih awet
3.ada tidaknya zat anti microbial
4.sifat mikroorganisme itu sendiri
Bakteri dikulit tidak menambah jumlah, kecuali masuk
melalui air cucian, feses atau tanah
Cara mengurangi bakteri secara teknis yaitu:
- Pasteurisasi,
- Radiasi,
- Suhu 00C à inhibisi/menghambat pertumbuhan
Begitu banyak
mikroba yang mudah berkembang dan dapat menurunkan kualitas produk unggas
(telur dan daging). Untuk itu penangan prodak, penggolahan ataupun saat
transfortasi perlu mendapat perhatian yang serius karena kontaminasi dari telur
dan daging ini memberi dampak yang serius terhadap kesehatan.
Referensi:
Abubakar
Dan D.C. Budinuryanto. 2003. Kinerja Sistem Keamanan, Karakteristik Aktivitas Pemotongan
Dan Penanganan Karkas Ayam Di Rpa Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Penerapan
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp). Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2003, Hal. 481–489.
Budinuryanto,
D.C., M.H. Hadiana, Balia R.L., Abubakar Dan E. Widosari. 2002. Profil Keamanan
Daging Ayam Yang Dipotong Di Pasar Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Penerapan
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp). Lembaga Penelitian Unpad
Bekerjasama Dengan Armp-Ii Badan Litbang Pertanian.
Cdc
(Center For Disease Control And Prevention). 1998. Healthtouch Online At Htpp://Www.
Healthtouch Com.
Harianto,
Dan Hizrah S. 2002. Analisa Kandungan Salmonella Pada Produk Telur Ayam Ras Yang Dipasarkan Pada Pasar Tradisional Di
Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Usu – Medan. 35 Halaman.
Poeloengan,
Masniari Dan Susan M. Noor. 2003. Isolasi Campylobacter Jejuni Pada Dagingn Ayam Dari Pasar Tradisional Dan
Supermarket. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner
2003, Hal. 522 – 526.
Soeparno.
1998. Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta