Jumat, 07 Agustus 2015

BIOTEKNOLOGI JERAMI PA DI MELALUI FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Pengaruh Pemberiaan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu [The Influence of Temulawak Flour (Curcuma xanthorrizha Roxb) In A Portion to Quality of Carcass Broiler 6 Weeks Old]

Abstract: This research aim to give of temulawak flour in ransum to carcass quality (colour, tekstur and pH) broiler 6 week old. This experiment was arranged by completely random design (CDR) which consists of 5 treatments and 4 replications, and each replication consist of 5 chickens. The parameter in this experiment are meat colour, meat teksture, and meat pH. The result of research obtained of temulawak flour until level 4% in ransum not significant (P>0.05) to meat colour, meat teksture and meat pH. Key words: diet, temulawak flour, meat colour, meat teksture, meat pH.
Abstract (other language):
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemberian tepung temulawak dalam ransum terhadap kualitas karkas (warna, tesktur, dan pH) ayam broiler umur 6 Minggu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan 4 ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Parameter yang diukur adalah warna daging, tekstur daging, dan pH daging. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian tepung temulawak sampai level 4% dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna daging, tekstur daging, dan pH daging.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18336/1/agp-agu2005-1%20%287%29.pdf

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita dalam Pemeliharaan Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak (Factors that Influence Time Reality Women Labours In Cattles Career in Subdistrict of Hamparan Perak)

 Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui curahan waktu tenaga kerja wanita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam pemeliharaan sapi di Kecamatan Hamparan Perak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan waktu tenaga kerja wanita dalam pemeliharaan sapi sebesar 0.42 jam/hari (2.94 jam/minggu). Dari hasil uji F diperoleh umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah ternak sapi yang dipelihara berpengaruh signifikan terhadap curahan waktu tenaga kerja wanita.

Abstract (other language): The research was conducted in subdistrict of Hamparan Perak, District of Deli Serdang. This research was aimed to know time reality women labours and factors that influence time reality women labours in cattles carer in subdistrict of Hamparan Perak. The method of research used was survai method by unit of family analysis who keep the cattles. The results of research indicated that time reality of woman labour in cattle’s career was 0.42 hour day (2.29 hour/week). From the F-test got that career age, educational level, family holders and number of career cattle give the significant effect to women labour time reality.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15146/1/agp-des2005-6.pdf

Selasa, 05 Juni 2012

Dampak Mikroba Terhadap Penurunan Kualitas Produk Unggas

Produk pangan asal unggas mudah mengalami penurunan kualitas akibat terkontaminasi oleh mikroba yang terjadi selama penanganan, pengolahan maupun saat transfortasi seperti oleh bakteri salmonelosis, listeriosis, camphylobakteriosis.
Berdasarkan hasil penelitian Harianto dan Hizrah (2002) menyatakan bahwa bakteri Salmonella ditemukan pada 5 butir telur ayam ras (33,33%) sampel dari pasar tradisional di kota Medan. Ada kecenderungan berasal dari telur yang kotor. Demikian juga pada karkas ayam sumber infeksi Salmonella berasal dari kontaminasi bakteri patogen pada bahan pangan, misalnya karkas ayam yang dapat terjadi selama penanganan, pengolahan, transportasi maupun kontaminasi silang pada saat pemasaran. Selanjutnya Soeparno (1998) menyatakan Salmonella ini dapat menyebabkan keracunan makanan, dan menimbulkan keracunan pada manusia. Kematian akibat Salmonella biasanya terjadi pada bayi, orang tua, dan individu yang kondisinya lemah.
Tingkat kontaminasi Campylobacter jejuni (22,61%) pada sampel ayam dari 13 pasar tradisional dan supermarket di Jakarta Selatan, Tangerang, Bogor dan Sukabumi. Tingkat kontaminasi Campylobacter jejuni di pasar tradisional (10,44%) lebih rendah dibandingkan dari supermarket (12,17%) (Poeloengan et al., 2003).
Tingginya tingkat cemaran bakteri E. Coli atau coliform pada daging ayam (bloiler, layer jantan, buras dan persilangan) di RPA atau pasar tradisional (12,99 – 292,20 x 107 jumlah kuman per gram) di Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Semarang dan Surabaya yang sudah melebihi ambang batas maksimal yaitu 5 x 105 per gram (Budinuryanto et. al., 2002). Tingginya tingkat cemaran bakteri E. Coli atau coliform dapat menghambat pertumbuhan Campylobacter jejuni karena tertutup bakteri tersebut. Konsumsi daging ayam sebagai faktor resiko utama terjadinya Campylobacteriosis (gastroenteritis) pada manusia. Sepertiga sampai setengah daging ayam mentah yang dijual di Amerika terkontaminasi Campylobacter spp. (CDC, 1998).

Karena factor karakteristik aktivitas pemotongan, penanganan dan sistem keamanan di RPA atau pasar tradisional masih sederhana, maka hanya sekitar 50% hasil grading mutu karkas ayam termasuk mutu I SNI. Sistem keamanan pangan pada karkas/daging ayam dari RPA atau pasar tradisional masih belum efektif dan aman terhadap kontaminasi mikroorganisme (Abubakar dan Nuryanto, 2003; Wasito et. al., 2004).

Kontaminasi Mikroba Pada Produk Unggas
            Kontaminasi bakteri pada telur dapat menyebabkan kebusukan seperti salmonell. Oleh karena itu agar bakteri dapat mati maka telur perlu dimasak pada suhu 630C, 30 menit. Biasanya kontaminasi Kontaminasi terjadi sebelum peneluran di usus dan cloaka. Salmonella penting sekali sebelum frozen egg, karena telur ditempatkan pada suhu ideal untuk salmonella berkembang.
            Proses terjadinya kontaminasi dari sarang, vent waktu telur masih basah,bakteri masuk kedalam dari tanah dan lainna yang lebih penting adalah kuman gram negative karena menyebabkan kebusukan.
Pada oviduct ada zat anti mikrobial, tetapi karena peristaltic kuman ikut ke atas dan dibungkus oleh telur, kontaminasi melalui darah. Pada itik salmonella masuk lewat air minum  kloaka dan ayam dari makanan
Siklusnya kontaminasi; orang à sapi à MBM à makanan ayam à ayam à orang.
Jamur, karena jamur punya julur, julurnya masuk kepori telur dan akan melysis protein hingga jadi busuk (whisker).
Telur yang ada kelainan akan tampak melalui candling. Pada telur alam menyediakan zat anti microbial agar telur awet;
  • kulit dan membrane telur, carrier dinamis bakteri
  • kimiawi; membrane + albumen
à lysozyme= enzim yang menghancurkan bakteri
  • kutikula, berpori 9 – 35 mikron,
à hingga lebih banyak telur busuk karena dilap, apalagi lap basah
dilap; menghapus cuticula,
basah merembes


  • lyzsozyme; beberapa bakteri akan mati
  • albumen mengandung;

Lysozyme, conalbumin, mematikan bakteri. Jika jumlah bakteri normal, tidak terjadi penetrasi bakteri kecuali bakteri gram negatef,
lysozyme + conalbumin tidak begitu mebunuh gram negatif.

Bakteri pembusuk dalam telur ditentukan;
1.infeksi awal dikulit telur,
2.Suhu penyimpanan; 370C à coliform, 100C à pseudomonas,
   Sebaiknya disimpan < 100C agar lebih awet
3.ada tidaknya zat anti microbial
4.sifat mikroorganisme itu sendiri
           
Bakteri dikulit tidak menambah jumlah, kecuali masuk melalui air cucian, feses atau tanah
Cara mengurangi bakteri secara teknis yaitu:
  1. Pasteurisasi,
  2. Radiasi,
  3. Suhu  00C à inhibisi/menghambat pertumbuhan

Begitu banyak mikroba yang mudah berkembang dan dapat menurunkan kualitas produk unggas (telur dan daging). Untuk itu penangan prodak, penggolahan ataupun saat transfortasi perlu mendapat perhatian yang serius karena kontaminasi dari telur dan daging ini memberi dampak yang serius terhadap kesehatan.

Referensi:
Abubakar Dan D.C. Budinuryanto. 2003. Kinerja Sistem Keamanan, Karakteristik Aktivitas Pemotongan Dan Penanganan Karkas Ayam Di Rpa Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2003, Hal. 481–489.

Budinuryanto, D.C., M.H. Hadiana, Balia R.L., Abubakar Dan E. Widosari. 2002. Profil Keamanan Daging Ayam Yang Dipotong Di Pasar Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp). Lembaga Penelitian Unpad Bekerjasama Dengan Armp-Ii Badan Litbang Pertanian.

Cdc (Center For Disease Control And Prevention). 1998. Healthtouch Online At Htpp://Www. Healthtouch Com.

Harianto, Dan Hizrah S. 2002. Analisa Kandungan Salmonella Pada Produk Telur Ayam  Ras Yang Dipasarkan Pada Pasar Tradisional Di Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Usu – Medan. 35 Halaman.

Poeloengan, Masniari Dan Susan M. Noor. 2003. Isolasi Campylobacter Jejuni Pada  Dagingn Ayam Dari Pasar Tradisional Dan Supermarket. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2003, Hal. 522 – 526.

Soeparno. 1998. Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta