Menguak Informasi Sekitar Dunia Pendidikan dan Penelitian di Bidang Peternakan Demi Kemajuan Kita Bersama...
Senin, 30 Maret 2020
Sabtu, 14 Desember 2019
Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik
Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan mikroorganisme meliputi morfologi, struktur, fungsi serta metabolisme yang dilakukan dalam proses kelangsungan hidupnya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Dibutuhkan peralatan khusus yang mendukung untuk tercapainya tujuan dalam pengamatan mikroorganisme. Peralatan yang digunakan haruslah dalam keadaan steril atau bebas dari kuman, bakteri, virus dan jamur. Perlu adanya pengetahuan tentang cara – cara atau teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat – alat yang digunakan memiliki teknik sterilisasi yang berbeda (Dwidjoseputro, 2003). Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau mengetahui tentang peralatan yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di laboratorium. Alat yang kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman seorang analis mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik.
Date
2017Sabtu, 30 November 2019
Penuntun Prkatikum Mikrobiologi Peternakan
Berbagai alat/peralatan serta mikroskop sangat penting diketahui sebelum melakukan kegiatan pengamatan di laboratorium mikrobiologi. Masing-masing alat mempunyai fungsi tersendiri seperti: 1. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube) Di laboratorium mikrobiologi, tabung reaksi berfungsi sebagai wadah pengenceran, menumbuhkan mikroba dan untuk uji-uji biokimiawi. Tabung reaksi dapat ditutup dengan kapas, metal, plastik atau aluminium foil. Tabung reaksi dapat diisi dengan media padat, semi padat dan cair. Tabung reaksi yang diisi media padat dapat diatur menurut fungsinya dalam dua bentuk, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Agar miring dibuat dengan memperhatikan kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar serta jarak media tidak terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Media yang diisi pada tabung reaksi berkisar +1/3 bagian dari tabung.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/69262
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/69262
Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan (1)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/69264/fulltext.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Minggu, 24 November 2019
Sinergisme Fungi Selulolitik Berbasis Limbah Jagung Sebagai Bioaktivator Pakan Berserat Diterima Disetujui Diterbitkan Abstrak: Synergisme of Corn-Based Cellulolytic Fungi as Fiber Feed Bioactivators
Fahri Husaini Nasution1), Yunilas1*), Tri Hesti Wahyuni1)
1)Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155yunilas11@yahoo.co.id
: 03 Februari 2019 : 25 Agustus 2019 : 31 Agustus 2019
1)Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155yunilas11@yahoo.co.id
: 03 Februari 2019 : 25 Agustus 2019 : 31 Agustus 2019
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah menguji kemampuan sinergisme fungi selulolitik asal limbah jagung untuk dikonsorsiumkan sebagai bioaktivator pakan berserat. Isolate fungi selulolitik yang dikonsorsiumkan merupakan hasil isolasi dari limbah tanaman jagung yaitu isolate JB (Aspergillus sp.), JC (Fusarium sp.), JD (Aspergillus sp), JE (Rizoctonia sp.). Parameter yang diamati adalah sinergisme fungi selulolitik yang dikonsorsiumkan pada medium padat, pola interaksi antara fungi yang dikonsorsiumkan pada medium padat dan sinergisme fungi selulolitik yang dikonsorsiumkan pada medium cair (cocktail inokulum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari konsorsium isolate fungi selulolitik diperoleh 5 pasangan isolat fungi selulolitik yang dapat bersinergi dan 1 pasangan tidak dapat bersinergi. Pola pertumbuhan yang terbentuk bersifat Mutual Intermingling (pasangan isolate JB vs JC dan JB vs JD), Partial Intermingling (pasangan isolate JB vs JE; JC vs JD; dan JD vs JE); dan Inhibition at touching point (pasangan isolate JC vs JE). Sinergisme fungi selulolitik yang dikonsorsiumkan pada medium cair (cocktail inokulum) menunjukkan tingkat pertumbuhan yang berfluktuatif seiring bertambahnya waktu fermentasi. Kesimpulan: dari 5 pasangan isolat fungi selulolitik yang dikonsorsiumkan diperoleh 1 pasang isolate yang tidak dapat bersinergis, dan sinegisme antara fungi membentuk pola interaksi yang bervariatif. Pertumbuhan fungi selulolitik pada medium cair berfluktuatif dan menunjukkan tingkat pertumbuhan optimum pada hari ke-3.
Kata Kunci: fungi selulolitik, limbah jagung, sinergisme
Abstract: The purpose of this study was to test the synergistic ability of cellulolytic fungi originating from corn waste to be sponsored as fibrous feed bioactivators. The cellulolytic fungi isolated were the result of isolation from corn waste, namely JB (Aspergillus sp.), JC (Fusarium sp.), JD (Aspergillus sp), JE (Rhizoctonia sp.) Isolates. The parameters observed were the synergism of the cellulolytic fungi that were sponsored on solid medium, the interaction pattern between the fungi that were consorted on solid medium and the synergism of the cellulolytic fungi which were consorted in the cocktail inoculum. The results showed that from a consortium of cellulolytic fungi isolates 5 pairs of cellulolytic fungi isolates that could synergize and 1 pair could not work together. The growth patterns formed are Mutual Intermingling (pairs of JB vs JC and JB vs JD isolates), Partial Intermingling (pairs of JB vs JE isolates; JC vs JD; and JD vs. JE); and Inhibition on touching points (pairs isolates JC vs JE). The synergism of the cellulolytic fungus, which was contorted in the cocktail inoculum, showed fluctuating growth rates with increasing fermentation time. Conclusion: from 5 pairs of consolatory cellulolytic fungi isolates obtained 1 pair of isolates who could not synergize, and synergy between fungi formed a pattern of varied interactions. The growth of cellulolytic fungi on liquid medium fluctuated and showed the optimum growth rate on day 3.: synergism, cellulolytic fungi, waste corn.
Abstract: The purpose of this study was to test the synergistic ability of cellulolytic fungi originating from corn waste to be sponsored as fibrous feed bioactivators. The cellulolytic fungi isolated were the result of isolation from corn waste, namely JB (Aspergillus sp.), JC (Fusarium sp.), JD (Aspergillus sp), JE (Rhizoctonia sp.) Isolates. The parameters observed were the synergism of the cellulolytic fungi that were sponsored on solid medium, the interaction pattern between the fungi that were consorted on solid medium and the synergism of the cellulolytic fungi which were consorted in the cocktail inoculum. The results showed that from a consortium of cellulolytic fungi isolates 5 pairs of cellulolytic fungi isolates that could synergize and 1 pair could not work together. The growth patterns formed are Mutual Intermingling (pairs of JB vs JC and JB vs JD isolates), Partial Intermingling (pairs of JB vs JE isolates; JC vs JD; and JD vs. JE); and Inhibition on touching points (pairs isolates JC vs JE). The synergism of the cellulolytic fungus, which was contorted in the cocktail inoculum, showed fluctuating growth rates with increasing fermentation time. Conclusion: from 5 pairs of consolatory cellulolytic fungi isolates obtained 1 pair of isolates who could not synergize, and synergy between fungi formed a pattern of varied interactions. The growth of cellulolytic fungi on liquid medium fluctuated and showed the optimum growth rate on day 3.: synergism, cellulolytic fungi, waste corn.
Keywords: cellulolytic fungi, corn waste, synergism.
Silase Komplit Pelepah Kelapa Sawit dan Indigofera sp. dengan Probiotik MOIYL Terhadap Performa Sapi PO Complete Silage of Oil Palm Fronds and Indigofera sp. with MOIYL Probiotics on the Performance of Ongole Breeds
Abstrak:
Mulya Fauzia1, Yunilas1, dan Iskandar Sembiring1
1Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155yunilas11@yahoo.co.id
: 02 Februari 2019 : 20 Februari 2019 : 22 Februari 2019
1Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155yunilas11@yahoo.co.id
: 02 Februari 2019 : 20 Februari 2019 : 22 Februari 2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh silase komplit pelepah kelapa sawit dan Indigofera sp. menggunakan probiotik MOIYL (mikroorganisme indigenous YL) terhadap performa Sapi Peranakan Ongole. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), 4 perlakuan dengan 2 ulangan. Perlakuan meliputi P1= 20% Silase Komplit dengan probiotik MOIYL + 80% Konsentrat, P2= 40% Silase Komplit dengan probiotik MOIYL + 60% Konsentrat, P3= 60% Silase Komplit dengan probiotik MOIYL + 40% Konsentrat, P4= 80% Silase Komplit dengan probiotik MOIYL + 20% Konsentrat. Parameter yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian silase komplit berbasis pelepah kepala sawit dan Indigofera sp. menggunakan probiotik MOIYL memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Silase komplit berbasis pelepah kelapa sawit dan Indigofera sp. menggunakan probiotik MOIYL dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan menurunkan konversi ransum. Penggunaan silase komplit yang semakin tinggi dapat menurunkan penggunaan bahan pakan konsentrat seperti dedak padi, bungkil kedelai dan bungkil inti sawit, yang berpengaruh terhadap efisiensi ransum.
Kata Kunci: Performa, Probiotik MOIYL, Silase komplit.
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of complete silage of oil palm fronds and Indigofera sp. using probiotics MOIYL (microorganisms of indigenous YL) on the performance of Ongole Breeds. The research method used a completely randomized design (CRD), 4 treatments with 2 replications. Treatment includes P1 = 20% Silase Complete with probiotics MOIYL + 80% Concentrate, P2 = 40% Silase Complete with probiotics MOIYL + 60% Concentrate, P3 = 60% Silage Complete with probiotics MOIYL + 40% Concentrate, P4 = 80% Complete Silage with probiotics MOIYL + 20% Concentrate. The parameters observed were ration consumption, body weight gain, and ration conversion. The results of the study showed that the supply of complete oil palm head midrib silage and Indigofera sp. using probiotics MOIYL had a very significant effect (P <0.01) on feed consumption, body weight gain, and feed conversion. Complete palm oil-based silage and Indigofera sp. using probiotics MOIYL can increase feed consumption, increase body weight and reduce feed conversion. The higher use of complete silage can reduce the use of concentrated feed ingredients such as rice bran, soybean meal, and palm kernel cake, which influence feed efficiency.
Keywords: Complete silage, Performance, Probiotic MOIYL.
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of complete silage of oil palm fronds and Indigofera sp. using probiotics MOIYL (microorganisms of indigenous YL) on the performance of Ongole Breeds. The research method used a completely randomized design (CRD), 4 treatments with 2 replications. Treatment includes P1 = 20% Silase Complete with probiotics MOIYL + 80% Concentrate, P2 = 40% Silase Complete with probiotics MOIYL + 60% Concentrate, P3 = 60% Silage Complete with probiotics MOIYL + 40% Concentrate, P4 = 80% Complete Silage with probiotics MOIYL + 20% Concentrate. The parameters observed were ration consumption, body weight gain, and ration conversion. The results of the study showed that the supply of complete oil palm head midrib silage and Indigofera sp. using probiotics MOIYL had a very significant effect (P <0.01) on feed consumption, body weight gain, and feed conversion. Complete palm oil-based silage and Indigofera sp. using probiotics MOIYL can increase feed consumption, increase body weight and reduce feed conversion. The higher use of complete silage can reduce the use of concentrated feed ingredients such as rice bran, soybean meal, and palm kernel cake, which influence feed efficiency.
Keywords: Complete silage, Performance, Probiotic MOIYL.
http://jurnalpolitanipyk.ac.id/index.php/JLAH/article/view/47
Selasa, 14 Juni 2016
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephald) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-6 Minggu 0
Abstrak. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang dimulai tanggal 1 Juni sampai 13 Juli 2004. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian tepung daun Lamtoro dengan perlakuan dioven, direndam dan dijemur dalam ransum terhadap performans meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler umur 0-6 minggu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, dimana setiap ulangan menggunakan 5 ekor ayam. Jenis perlakuan selama penelitian adalah: R0 adalah ransum komersil sebagai kontrol, RI adalah ransum dengan 5 % tepung daun Lamtoro yang dioven, R2 adalah ransum dengan 5 % tepung daun Lamtoro yang direndam dengan air mengalir, R3 adalah ransum dengan 5 % tepung daun Lamtoro yang dijemur dengan sinar matahari. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian ransum dengan 5 % tepung daun Lamtoro yang dioven, direndam dan dijemur berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan dan berpengaruh nyata terhadap konversi ransum ayam broiler umur 0-6 minggu. Rataan konsumsi ransum tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 (379,55 g) dan terendah pada perlakuan RI (311,78 g). Rataan pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh pada perlakuan RO (289,67 g) dan terendah pada perlakuan R2 (246,92 g). Sedangkan rataan konversi ransum yang tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 (1,41) dan terendah pada perlakuan RI (1,21).
Pengaruh Pemberian Berbagai Level Bungkil Inti Sawit Fermentasi Phanerochaete chrysosporiuin Dalam Ransum Terhadap Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler Umur 6 Minggu
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai level bungkil inti sawit fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dalam ransum terhadap bobot karkas, Jrersentase karkas, lemak abdominal, panjang usus dan Income Over Feed Cosi (IOFC) pada broiler umur 6 minggu. Penelitian ini menggunakan 175 ekor broiler strain Hubbard. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) lima perlakuan R0, RI, R2, R3 dan R4, dengan level bungkil inti sawit fermentasi masing-masing 0 %, 5 %, 10 %, 15 %, 20 %. Setiap perlakuam terdiri dari tujuh ulangan dan setiap ulangan terdiri dari lima ekor broiler. Parameter yang diukur adalah : bobot karkas, persentase karkas, lemak abdominal, panjang usus dan Income Over Feed Cost (IOFC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai level bungkil inti sawit fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang usus tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas, persentase karkas, lemak abdominal dan Income Over Feed Cost (IOFC). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete chrysosporium dalam ransum dapat diberikan pada broiler sampai level 15 %.
Abstarct. The purpuse of this experiment is knowing, the effects of feeding various levels of Palm Kernel jVfeal Fermented {Phanerochaete chrysosporium) in feeds to carcas weight, carcass percentage, abdominal fats, intestinum lenght and income over feed cost (IOFC) in six weeks old broiler. The experiment using 175 broilers Hubbard Strain. The design used in the experiment is complettelly randornmized design (RAL) with five treatments R0, Rl, R2, R3, and R4, with the Palm Kernel Meal Fermented levels respectively 0 %, 5 %, 10 %, 15 %, and 20 %. Each treatment consist of five broiler. The parameter measured is : carcas weight, carcass percentage, abdominal fats, intestinum lenght and income over feed cost (IOFC).The experiment: showed that giving Palm Kernel Meal Fermented in broiler feed can be given until 15 % level.
Perbandingan Alokasi Waktu Tenaga Kerja Wanita dan Pria Dalam Usaha Penggemukkan Sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten deli Serdang (Comparative of Woman and Man Worker Time Allocation in Fattening of Cattle in Subdistrict of Hamparan Perak District of Deli Serdang)
Abstract - The research was conducted in Subdistrict of Hamparan Perak, District of Deli Serdang in June 2004. This research was aimed to know the magnitude of woman worker time allocation and whether there is the difference in time allocation of men and women workers in fattening of cattle in Subdistrict of Hamparan Perak. The method of research used was survey method by unit of family analysis who keep the cattles. The result of research indicated that time allocation of woman workers in fattening the cattle was 0.42 hour/day and men workers was 2.29 hour/day. From the t-test , it was gained that allocation of women workers time was different significantly or very significant lower than that of men workers (2.29 hour/day). The low allocation of woman worker time allocation in this cattle keeping was caused by the less need of women in activities requiring time such as feeding the livestock, bathing them and cleaning the cages, abd the greatest allocation was in taking of greening generally practised by men workers.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19679
Jumat, 07 Agustus 2015
Pengaruh Pemberiaan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu [The Influence of Temulawak Flour (Curcuma xanthorrizha Roxb) In A Portion to Quality of Carcass Broiler 6 Weeks Old]
Abstract: This research aim to give of temulawak flour in ransum to carcass
quality (colour,
tekstur and pH) broiler 6 week old. This experiment was arranged by
completely random
design (CDR) which consists of 5 treatments and 4 replications, and each
replication consist of 5 chickens. The parameter in this experiment are
meat colour, meat teksture, and meat pH. The result of research
obtained of temulawak flour until level 4% in ransum not significant
(P>0.05) to meat colour, meat teksture and meat pH. Key words: diet,
temulawak flour, meat colour, meat teksture, meat pH.
Abstract (other language):
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemberian tepung temulawak dalam ransum terhadap kualitas karkas (warna, tesktur, dan pH) ayam broiler umur 6 Minggu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan 4 ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Parameter yang diukur adalah warna daging, tekstur daging, dan pH daging. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian tepung temulawak sampai level 4% dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna daging, tekstur daging, dan pH daging.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18336/1/agp-agu2005-1%20%287%29.pdf
Abstract (other language):
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemberian tepung temulawak dalam ransum terhadap kualitas karkas (warna, tesktur, dan pH) ayam broiler umur 6 Minggu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan 4 ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Parameter yang diukur adalah warna daging, tekstur daging, dan pH daging. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian tepung temulawak sampai level 4% dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna daging, tekstur daging, dan pH daging.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18336/1/agp-agu2005-1%20%287%29.pdf
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita dalam Pemeliharaan Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak (Factors that Influence Time Reality Women Labours In Cattles Career in Subdistrict of Hamparan Perak)
Abstrak. Penelitian
ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui curahan waktu tenaga kerja
wanita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam pemeliharaan sapi di
Kecamatan Hamparan Perak. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode survai dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan waktu tenaga kerja wanita
dalam pemeliharaan sapi sebesar 0.42 jam/hari (2.94 jam/minggu). Dari
hasil uji F diperoleh umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga, dan jumlah ternak sapi yang dipelihara berpengaruh signifikan
terhadap curahan waktu tenaga kerja wanita.
Abstract (other language): The research was conducted in subdistrict of Hamparan Perak, District of Deli Serdang. This research was aimed to know time reality women labours and factors that influence time reality women labours in cattles carer in subdistrict of Hamparan Perak. The method of research used was survai method by unit of family analysis who keep the cattles. The results of research indicated that time reality of woman labour in cattle’s career was 0.42 hour day (2.29 hour/week). From the F-test got that career age, educational level, family holders and number of career cattle give the significant effect to women labour time reality.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15146/1/agp-des2005-6.pdf
Abstract (other language): The research was conducted in subdistrict of Hamparan Perak, District of Deli Serdang. This research was aimed to know time reality women labours and factors that influence time reality women labours in cattles carer in subdistrict of Hamparan Perak. The method of research used was survai method by unit of family analysis who keep the cattles. The results of research indicated that time reality of woman labour in cattle’s career was 0.42 hour day (2.29 hour/week). From the F-test got that career age, educational level, family holders and number of career cattle give the significant effect to women labour time reality.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15146/1/agp-des2005-6.pdf
Kamis, 06 Agustus 2015
Selasa, 05 Juni 2012
Dampak Mikroba Terhadap Penurunan Kualitas Produk Unggas
Produk pangan
asal unggas mudah mengalami penurunan kualitas akibat terkontaminasi oleh
mikroba yang terjadi selama penanganan, pengolahan maupun saat transfortasi
seperti oleh bakteri salmonelosis, listeriosis, camphylobakteriosis.
Berdasarkan
hasil penelitian Harianto dan Hizrah (2002) menyatakan bahwa bakteri Salmonella
ditemukan pada 5 butir telur ayam ras (33,33%) sampel dari pasar tradisional
di kota Medan. Ada kecenderungan berasal dari telur yang kotor. Demikian juga
pada karkas ayam sumber infeksi Salmonella berasal dari kontaminasi bakteri
patogen pada bahan pangan, misalnya karkas ayam yang dapat terjadi selama penanganan,
pengolahan, transportasi maupun kontaminasi silang pada saat pemasaran.
Selanjutnya Soeparno (1998) menyatakan Salmonella ini dapat menyebabkan keracunan
makanan, dan menimbulkan keracunan pada manusia. Kematian akibat Salmonella
biasanya terjadi pada bayi, orang tua, dan individu yang kondisinya lemah.
Tingkat kontaminasi Campylobacter
jejuni (22,61%) pada sampel ayam dari 13 pasar tradisional dan supermarket
di Jakarta Selatan, Tangerang, Bogor dan Sukabumi. Tingkat kontaminasi Campylobacter
jejuni di pasar tradisional (10,44%) lebih rendah dibandingkan dari
supermarket (12,17%) (Poeloengan et al., 2003).
Tingginya tingkat cemaran bakteri E.
Coli atau coliform pada daging ayam (bloiler, layer jantan,
buras dan persilangan) di RPA atau pasar tradisional (12,99 – 292,20 x 107
jumlah kuman per gram) di Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Semarang dan
Surabaya yang sudah melebihi ambang batas maksimal yaitu 5 x 105 per gram (Budinuryanto
et. al., 2002). Tingginya tingkat cemaran bakteri E. Coli atau coliform
dapat menghambat pertumbuhan Campylobacter jejuni karena tertutup
bakteri tersebut. Konsumsi daging ayam sebagai faktor resiko utama terjadinya Campylobacteriosis
(gastroenteritis) pada manusia. Sepertiga sampai setengah daging ayam
mentah yang dijual di Amerika terkontaminasi Campylobacter spp. (CDC, 1998).
Karena factor karakteristik aktivitas
pemotongan, penanganan dan sistem keamanan di RPA atau pasar tradisional masih
sederhana, maka hanya sekitar 50% hasil grading mutu karkas ayam termasuk mutu
I SNI. Sistem keamanan pangan pada karkas/daging ayam dari RPA atau pasar
tradisional masih belum efektif dan aman terhadap kontaminasi mikroorganisme (Abubakar
dan Nuryanto, 2003; Wasito et. al., 2004).
Kontaminasi Mikroba
Pada Produk Unggas
Kontaminasi
bakteri pada telur dapat menyebabkan kebusukan seperti salmonell. Oleh karena
itu agar bakteri dapat mati maka telur perlu dimasak pada suhu 630C, 30 menit. Biasanya kontaminasi Kontaminasi
terjadi sebelum peneluran di usus dan cloaka. Salmonella penting sekali sebelum
frozen egg, karena telur ditempatkan pada suhu ideal untuk salmonella
berkembang.
Proses
terjadinya kontaminasi dari sarang, vent waktu telur masih basah,bakteri masuk
kedalam dari tanah dan lainna yang lebih penting adalah kuman gram negative
karena menyebabkan kebusukan.
Pada oviduct ada zat anti
mikrobial, tetapi karena peristaltic kuman ikut ke atas dan dibungkus oleh
telur, kontaminasi melalui darah. Pada itik salmonella masuk lewat air minum kloaka dan ayam dari makanan
Siklusnya kontaminasi; orang Ă
sapi Ă
MBM Ă
makanan ayam Ă
ayam Ă
orang.
Jamur, karena
jamur punya julur, julurnya masuk kepori telur dan akan melysis protein hingga
jadi busuk (whisker).
Telur yang ada kelainan akan tampak melalui candling.
Pada telur alam menyediakan zat anti microbial agar telur awet;
- kulit dan membrane telur, carrier dinamis bakteri
- kimiawi; membrane + albumen
Ă lysozyme=
enzim yang menghancurkan bakteri
- kutikula, berpori 9 – 35 mikron,
Ă hingga
lebih banyak telur busuk karena dilap, apalagi lap basah
dilap;
menghapus cuticula,
basah
merembes
- lyzsozyme; beberapa bakteri akan mati
- albumen mengandung;
Lysozyme,
conalbumin, mematikan bakteri. Jika jumlah bakteri normal, tidak terjadi penetrasi
bakteri kecuali bakteri gram negatef,
lysozyme + conalbumin tidak begitu mebunuh gram
negatif.
Bakteri pembusuk dalam telur ditentukan;
1.infeksi awal dikulit telur,
2.Suhu penyimpanan; 370C Ă
coliform, 100C Ă
pseudomonas,
Sebaiknya
disimpan < 100C agar lebih awet
3.ada tidaknya zat anti microbial
4.sifat mikroorganisme itu sendiri
Bakteri dikulit tidak menambah jumlah, kecuali masuk
melalui air cucian, feses atau tanah
Cara mengurangi bakteri secara teknis yaitu:
- Pasteurisasi,
- Radiasi,
- Suhu 00C Ă inhibisi/menghambat pertumbuhan
Begitu banyak
mikroba yang mudah berkembang dan dapat menurunkan kualitas produk unggas
(telur dan daging). Untuk itu penangan prodak, penggolahan ataupun saat
transfortasi perlu mendapat perhatian yang serius karena kontaminasi dari telur
dan daging ini memberi dampak yang serius terhadap kesehatan.
Referensi:
Abubakar
Dan D.C. Budinuryanto. 2003. Kinerja Sistem Keamanan, Karakteristik Aktivitas Pemotongan
Dan Penanganan Karkas Ayam Di Rpa Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Penerapan
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp). Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2003, Hal. 481–489.
Budinuryanto,
D.C., M.H. Hadiana, Balia R.L., Abubakar Dan E. Widosari. 2002. Profil Keamanan
Daging Ayam Yang Dipotong Di Pasar Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Penerapan
Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp). Lembaga Penelitian Unpad
Bekerjasama Dengan Armp-Ii Badan Litbang Pertanian.
Cdc
(Center For Disease Control And Prevention). 1998. Healthtouch Online At Htpp://Www.
Healthtouch Com.
Harianto,
Dan Hizrah S. 2002. Analisa Kandungan Salmonella Pada Produk Telur Ayam Ras Yang Dipasarkan Pada Pasar Tradisional Di
Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Usu – Medan. 35 Halaman.
Poeloengan,
Masniari Dan Susan M. Noor. 2003. Isolasi Campylobacter Jejuni Pada Dagingn Ayam Dari Pasar Tradisional Dan
Supermarket. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner
2003, Hal. 522 – 526.
Soeparno.
1998. Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Selasa, 31 Mei 2011
Dewasa ini produks unggas banyak dikaitkan dengan ketakutan akan kholesterol. Kenapa hal demikian terjadi, dan bagaimanakah cara untuk mengatasinya?
Produk unggas berupa telur dan daging merupakan pangan asal hewani/ternak memiliki nilai nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Namun dewasa ini produk asal unggas ini semakin ditakuti karena maraknya mitos bahwa produk ini pemicu berbagai macam penyakit termasuk hiper kholesterol (meningkatkan kadar kholesterol dalam tubuh) karena mengandung kholesterol yang cukup tinggi. | | |
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah. Zat lemak yang masuk ke tubuh lewat makanan mengalami pemecahan menjadi asam lemak bebas trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol Asam lemak bebas terdiri atas asam lemak jenuh (saturated fatty acid, disingkat SAFA), asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid, MUFA), dan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA). Sementara asam lemak bebas yang berlebihan akan tersimpan dalam bentuk trigliserida. Kolesterol yang berasal dari bahan makanan hewani merupakan unsur terpenting dari lemak. Selain berasal langsung dari makanan, juga bisa dibentuk dalam hati, berasal dari asam lemak jenuh hasil pemecahan trigliserida. Dalam metabolisme di hati, hanya asam lemak jenuh yang bisa dibentuk menjadi kolesterol (Witjaksono, 2001). Kolesterol yang merupakan substansi lemak memang terdapat dalam setiap sel tubuh. Fungsinya juga penting. Selain sebagai sumber energi, juga berperan dalam pembentukan hormon dan membran sel. Belum lagi menjadi bahan pembentuk asam empedu dalam cairan empedu. Di dalam tubuh, kolesterol membentuk ikatan kompleks lemak-protein - yang lebih dikenal dengan lipoprotein - seperti chylomicron, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Kadar LDL dan HDL erat hubungannya dengan terjadinya endapan dalam pembuluh darah. Apabila kadar kolesterol lebih daripada proteinnya, maka akan terbentuk senyawa lipoprotein berkepadatan rendah - disebut LDL - dan dikenal sebagai kolesterol “jahat”. Sebaliknya, kalau kadar kolesterol lebih sedikit dan protein lebih banyak, akan terbentuk senyawa lipoprotein berkepadatan tinggi atau HDL, dan dikenal sebagai kolesterol ”baik”. LDL dikatakan kolesterol “jahat” karena memudahkan endapan lemak mengendap pada dinding bagian dalam pembuluh darah. Semakin tebal endapan, pembuluh darah jantung akan makin tersumbat atau mengalami penebalan atau pengerasan (aterosklerosis). HDL dikatakan “baik” karena membantu membuang kolesterol LDL dari jaringan tubuh (Mohammad, 2004). | ||
| Diketahui bahwa ayam potong dan petelur mengandung kholesterol dalam daging dan telurnya. Kandungan itu bisa mencapai 200 miligram atau bahkan lebih kholesterol. Sedangkan kebutuhan kolesterol manusia berkisar 1000-1500 miligram. Asumsi konsumsi kholesterol 400 mg/hari, 200 mg diabsobsi, 1000 mg dikeluarkan (ekskresi), dan 800 mg dari synthesis de novo. | |
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Wanda Howell dan koleganya di University of Arizona membuktikan bahwa bukan kandungan kolesterol dalam menu makanan yang mempengaruhi kadar kholesterol dalam tubuh. Penyebab utama peningkatan kadar kholesterol dalam tubuh adalah penyusupan lemak jenuh melalui makanan. Sehingga ketakutan memkonsumsi produk asal unggas tidak perlu terjadi.
Cholesterol dari makanan:
· Produk hewan – telur
· Diabsorbsi sekitar 50%
· Konsumsi meningkat=penyerapan menurun
· Dieksresi 1 g / hari (asam empedu)
Publikasikan jurnal American Medical Association menyebutkan, mengonsumsi sebutir telur atau lebih dalam menu makan sehari-hari tidak berdampak terhadap risiko serangan jantung koroner bagi orang-orang yang sehat. Hingga saat ini, belum ada publikasi ilmiah yang menyatakan telur menjadi penyebab penyakit jantung. Penyakit jantung koroner biasanya diderita oleh orang yang mempunyai hiper lipidemia primer (tingginya kadar kolesterol dan lemak darah akibat gangguan proses metabolisme lemak di dalam tubuh). Bagaimanapun, kolesterol diperlukan dalam proses metabolisme normal di dalam tubuh kita.
Telur mengandung protein berkualitas tinggi yang mudah dicerna, telur ayam merupakan sumber vitamin D, riboflavin, vitamin B13, dan iodin. Telur ayam juga sumber vitamin A, folat, dan asam pantotenik. Protein pada telur ayam sendiri mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat. E. Esteve-Garcia at al dalam Egg quality: Chemical residues in respect to food safety residu mengemukakan bahwa Telur adalah sumber makanan yang sangat gizi, mengandung: Asam amino esensial, Vitamins (kecuali vitamin C) dan karotenoid menarik lainnya (lutein, zeaxanthin), mineral essensial serta asam linoleat dan asam linolenat.
Putih telur ayam juga mengandung lemak, tapi jumlahnya tak terlalu banyak. Lemak pada telur ayam terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kholesterol. Kholesterol termasuk keluarga lemak, zat ini merupakan salah satu dari komponen lemak itu sendiri. Kehadiran lemak sendiri dalam tubuh kita sesungguhnya memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
David L. Nelson and Michael M. Cox (2004), menyatakan kholesterol berfungsi sebagai komponen essensial dari membrane sel hewan, prekursor dari hormon steroid dan garam empedu, prekursor dari vitamin D dan tidak dibutuhkan dalam makanan manusia sebab sel kita dapat mensintesa kholesterol de novo. Selanjutnya dikatakan biosynthesis kholesterol terjadi di dalam sitosol yang dimulai dengan acetyl-CoA. Semua sel bisa membuat cholesterol tetapi hati lebih aktif.
James P. Seward MD MPP Associate Clinical Professor University of California, Berkeley dalam Review of Cholesterol and Lipoproteins mengambarkan lintasan metabolisme kholesterol di dalam tubuh seperti dibawah ini.
|
Metabolisme kolesterol saling tergantung pada beberapa lintasan. Lintasan ini menjaga keseimbangan kolesterol antara sintesis kolesterol dan penyerapan di satu sisi dan ekskresi kolesterol di sisi lain.
Net Cholesterol Balance in Humans
Mekanisme Kolesterol
Kholesterol sendiri sebenarnya merupakan lemak yang tidak terlalu larut di dalam darah. Karena sifatnya yang tidak terlalu larut dalam darah itu, maka kholesterol butuh bantuan untuk dapat beredar dalam pembuluh darah tubuh. Kholesterol dalam darah akan terikat pada lipoprotein yang dapat membantu kholesterol untuk beredar di dalam pembuluh darah tubuh
Selain tubuh dapat memproduksi kholesterol sendiri, tubuh juga mendapatkan kholesterol dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari, terutama dari kuning telur, kerang-kerangan seperti udang, kepiting, jeroan (usus, babat, hati, limpa, otak, ginjal, dan jantung) serta makanan yang berasal dari susu (mentega, keju).
Kholesterol diproduksi di dalam hati sekitar 1gr/hari serta juga usus halus kemudian akan beredar didalam darah. Dalam kandungan darah, kholesterol terikat oleh suatu zat lipoprotein, zat tersebut terdiri dari:
- Kilomikron, kilomikron adalah suatu zat yang memiliki fungsi membawa energi dalam bentuk lemak ke otot.
- VLDL (Very Low Density Lipoprotein), zat yang berfungsi untuk membawa kholesterol yang telah dikeluarkan oleh hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi.
- LDL (Low Density Lipoprotein),
- IDL (Intermediate Low Density Lipoprotein), dan
- HDL (High Density Lipoprotein).
Dalam menjalankan fungsinya, kholesterol yang memiliki kepadatan protein lebih rendah (VLDL, ILDL, LDL) mudah sekali menempel dalam dinding pembuluh darah koroner sehingga menimbulkan plak (timbunan lemak pada dinding pembuluh darah ini akrab disebut dengan plak aterosklerosis).
Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat.
Sementara HDL bersifat menangkap kholesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut. Oleh karenanya HDL akrab dianggap sebagai kholesterol yang baik. Sejatinya, kholesterol yang kita butuhkan tersebut dalam keadaan normal diproduksi sendiri oleh tubuh sudah dalam jumlah yang tepat. Namun, pola makan yang tidak benar menyebabkan jumlahnya menjadi berlebih jauh dari yang sekedar dibutuhkan oleh tubuh.
Timbulnya kholesterol dalam jumlah yang kelewat tinggi, diantaranya disebabkan oleh terlampau berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan-makanan yang dewasa ini disebut sebagai makanan sampah (junkfood).
Low Density Lipoprotein
Sesuai dengan istilah penamaanya, kholesterol LDL (low density liporotein) ini memiliki kadar protein lebih sedikit dan memiliki kandungan kholesterol lebih banyak. Dalam perjalanannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, kholesterol ini memiliki sifat yang mudah sekali menempel pada dinding pembuluh darah. | Sebuah ilustrasi yang memperlihatkan kolesterol dengan densitas rendah (kolesterol LDL) |
Ketika proses penempelan pada dinding pembuluh darah ini berakumulasi, timbunan tersebut menjadi plak lemak dan volumenya bertambah hingga menyempitkan aliran dalam pembuluh darah. Ketika sebuah aliran dalam pembuluh darah tersumbat, berbagai macam ancaman yang fatal berpotensi menyerang tubuh manusia diantaranya stroke, penyakit jantung koroner dan lainnya bahkan kematian. Akibatnya kolesterol golongan LDL dewasa ini akrab dengan sebutan ‘si kolesterol jahat’.
Kholesterol LDL-lah yang disebut-sebut sebagai biang keladi dari berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan dari keburukan kholesterol. ‘Kejahatan’ yang ditimbulkannya dapat berakibat sangat fatal bagi tubuh. Namun demikian, tidak semua kholesterol memiliki karakter yang ‘jahat’ sebagaimana kholesterol LDL, dalam peredaran darah masih terdapat kolesterol HDL (high density lipoprotein). Kholesterol yang memiliki kepadatan protein lebih tinggi ini memiliki sifat penolong dalam fungsi peredaran darah, yakni mengikat dan membawa kholesterol LDL yang menempel dalam dinding pembuluh darah hingga melanjutkan ‘perjalanan’ ke seluruh tubuh untuk menjadi cadangan energi sebagaimana semestinya.
Kholesterol LDL hadir dari hasil produksi alamiah oleh tubuh. Bagaimanapun, sebenarnya tubuh memiliki kemampuan untuk meproduksi kholesterol yang telah sesuai kadar yang dibutuhkan, namun akibat dari konsumsi lemak jenuh, trans fat, dapat meningkatkan kadar kholesterol LDL lebih dari normal.
Ketika LDL terlalu banyak beredar di dalam darah, LDL akan memperlambat pembentukan dinding pembuluh darah arteri bagian dalam yang memberikan asupan nutrisi dan oksigen ke jantung dan otak. Bersama dengan substansi lainnya, LDL akan membentuk plak, yaitu suatu deposit yang keras dan tebal di pembuluh darah yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan membuatnya kurang atau tidak lentur lagi. Kondisi ini dikenal dengan aterosklerosis. Apabila terdapat pembentukan clotting atau pembekuan dari sel-sel darah, maka hal ini akan menyebabkan sumbatan yang berakibat pada terjadinya serangan jantung atau stroke.
Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan kadar kolesterol LDL tetap rendah dan menambah kadar kolesterol HDL untuk terbebas dari ancaman hiper kholesterol. Cara pengendalian yang ada adalah dengan mengendalikan pola makan dan diet makanan yang memiliki kadar lemak rendah.
High Density Lipoprotein
| ||
Sebuah ilustrasi yang menggambarkan rupa anatomi kolesterol HDL |
Kebalikannya dengan LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipopreotein) kholesterol yang sering disebut sebagai kholesterol baik. Disebut baik, karena karakter sifatnya yang mengikat kholesterol LDL yang sangat mudah membuat timbunan plak lemak di dinding pembuluh darah hingga menyebabkan penyumbatan yang berakibat fatal.
Sifat HDL mengangkut kholesterol yang memiliki kadar protein lebih sedikit dan mampu membawa kelebihan kholesterol jahat di pembuluh arteri untuk dibuang. HDL mencegah kholesterol mengendap di arteri dan mencegah aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
Selain itu, fungsi HDL juga memindahkan kholesterol yang ada di dalam sel ke hati untuk kemudian dieliminasi dari tubuh. HDL tidak hanya memindahkan kholesterol dari dalam sel, namun juga menghambat terjadinya oksidasi LDL. Semakin tinggi kadar HDL sering dihubungkan dengan semakin rendah kejadian penyakit jantung serta stroke.
|
Perbandingan kolesterol HDL dengan LDL |
Kholesterol HDL dapat ditingkatkan kadarnya di dalam darah dengan aktivitas olahraga secara rutin. Selain itu dengan pengendalian pola makan kita juga dapat mengatur kadar HDL demi kesehatan tubuh kita. Namun demikian, bukan berarti kholesterol tidak memiliki fungsi bagi tubuh manusia.
Dalam berbagai proses metabolisme tubuh, kholesterol juga mengambil peran penting diantaranya:
· Proses pembentukan sel-sel dalam tubuh, lemak berperan sebagai pembentuk dinding- dinding sel.
· Dibutuhkan untuk bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid.
· Membuat asam empedu untuk proses emulsi lemak.
· Dibutuhkan untuk membuat vitamin D dan juga berperan sebagai bahan untuk membuat hormon - hormon sex dan kortikosteroid.
Manfaat lain dari produk unggas (telur dan daging) terhadap kesehatan seperti satu buah kuning telur mengandung lebih dari 25% kebutuhan choline setiap hari. Orang dewasa membutuhkan 425 g kholine per hari, sedangkan anak balita butuh 250 g per hari. Sebuah penelitian mengungkapkan konsumsi choline yang cukup bisa menurunkan risiko kanker payudara. Shannon J, at al. (2005) menyatakan perempuan yang mengkonsumsi telur minimal 6 seminggu sangat protektif, menurunkan risiko kanker payudara sebesar 44% dibandingkan dengan wanita hanya mengkonsumsi 2 butir telur seminggu (telur juga mengandung antioksidan serta lutein yang membantu mencegah gangguan penglihatan akibat penuaan dan katarak. Kadar lutein dalam telur bahkan lebih banyak dibanding pada sayuran berdaun hijau.
Lutein, suatu karotenoid untuk membantu mencegah degenerasi makula terkait usia dan katarak, dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi bahkan dalam telur daripada di sayuran hijau seperti bayam, yang telah dianggap sebagai sumber makanan utama, maupun suplemen. Lutein ester alami yang ditemukan dalam telur adalah sebagai atau bahkan lebih bioavailable sebagai bentuk gizi yang ditawarkan dalam produk lutein dimurnikan. Telur dari ayam makan kelompok marigold (yang tinggi lutein), bayam (salah satu sumber paling terkenal lutein diet ), lutein ester suplemen (dimurnikan lutein) dan lutein suplemen. Perbedaan di tingkat lutein serum pada berbagai jenis dosis hari pertama diamati setelah dosis pertama: lutein serum pada telur secara signifikan lebih besar daripada suplemen tetapi tidak lebih dari respon terhadap bayam. Setelah sembilan hari dosis lutein, respon lutein serum secara signifikan lebih besar dalam fase telur dari salah suplemen atau bayam. Intinya: penelitian ini menunjukkan bahwa makanan kaya lutein mungkin lebih efektif meningkatkan konsentrasi lutein di mata daripada suplemen (Blumberg J, at al. 2003).
Penelitian tambahan, pada studi manusia Journal of Nutritional, menegaskan lutein yang paling baik diserap dari kuning telur bukan suplemen atau bahkan bayam. Kuning telur, meskipun mereka mengandung lutein secara signifikan kurang dari bayam, adalah sumber yang jauh lebih bioavailable meningkat konsumsi konsentrasi lutein dalam darah dibanding dari bayam. Meskipun mekanisme oleh kuning telur meningkatkan bioavailabilitas lutein belum diketahui, kemungkinan disebabkan oleh lemak (kolesterol dan choline) yang ditemukan dalam kuning telur. Lutein, seperti karotenoid lain, adalah yang larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diserap kecuali lemak juga hadir. Untuk meningkatkan penyerapan maksimal lutein,disarankan menggabungkan telur dan bayam (Chung HY, at al. 2004).
Membantu Mencegah Penggumpalan Darah. Makan telur bisa membantu menurunkan resiko serangan jantung atau stroke dengan membantu untuk mencegah pembekuan darah. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Buletin Biologi dan Farmasi menunjukkan bahwa protein dalam kuning telur tidak hanya inhibitor agregasi trombosit manusia, tetapi juga memperpanjang waktu yang diperlukan untuk fibrinogen, suatu protein dalam darah, untuk dikonversi menjadi fibrin. Fibrin berfungsi sebagai tempat di mana gumpalan platelet bersama dengan sel darah merah dan putih disimpan untuk membentuk bekuan darah (Cho HJ, at al. 2003).
Orang yang punya penyakit jantung pun tidak disarankan untuk pantang telur. Mereka disarankan untuk mengurangi konsumsi kuning telur menjadi dua kali dalam seminggu. Studi terkini juga tidak menemukan kaitan antara makan enam kuning telur setiap minggu dengan kejadian serangan jantung atau stroke pada orang sehat.
Di Meksiko utara, daerah di mana makanan jumlah lemak tinggi karena ketergantungan pada biaya rendah untuk produk daging dan tortilla dibuat dengan minyak terhidrogenasi, penyakit arteri koroner adalah umum. Peneliti mengevaluasi efek dari konsumsi harian keseluruhan telur pada rasio LDL (jahat) kolesterol HDL (baik) kolesterol, dan fenotipe pada 54 anak-anak (8-12 tahun) dari daerah ini. Sebulan makan 2 butir telur setiap hari, bukan hanya tidak memperburuk rasio anak-anak LDL: HDL, yang tetap sama, tetapi ukuran kolesterol LDL mereka bertambah-perubahan yang sangat menguntungkan karena LDL yang lebih besar lebih kurang aterogenik (mungkin untuk mempromosikan aterosklerosis) dari subfraksi LDL yang lebih kecil. Di antara anak-anak yang awalnya memiliki resiko tinggi LDL fenotipe B, 15% dialihkan ke LDL fenotipe berisiko rendah setelah satu bulan makan telur utuh (Ballesteros MN, at al. 2004).
Para ahli merekomendasikan konsumsi 1000 mg DHA dan EPA setiap hari, mengingat kebanyakan orang jarang mengonsumsi ikan. Untuk mendapatkan manfaat yang sama, disarankan mengonsumsi telur yang sudah diperkaya dan mengandung 300 mg omega-3 ini.
Untuk membantu menurunkan kadar kholesterol, sebaiknya kita mengurangi atau sama sekali tidak mengonsumsi lemak jenuh dan trans fat serta menggantinya dengan lemak tak jenuh (monounsaturated atau polyunsaturated fat). Kita juga sebaiknya mengurangi jumlah asupan lemak per harinya. The American Heart Association merekomendasikan asupan kholesterol perhari kurang dari 300 mg. Apabila memiliki penyakit jantung, asupan kholesterol sebaiknya kurang dari 200 mg.
Beberapa penelitian terus dilakukan sebagai solusi untuk meminimalisasi kandungan kholesterol dari produk asal unggas (daging dan telur). Upaya yang dilakukan dapat melalui manajemen pemeliharaan (pemberian pakan) atau penanganan produks telur dan daging pasca panen agar dapat menurunkan kadungan kholesterolnya. Disamping itu, perlu adanya sosialisasi manfaat produk pangan asal unggas (telur dan daging) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dan kesehatan tanpa dibayangi mitos bahwa telur atau daging unggas meningkatkan kolesterol.
Referensi:
Ballesteros MN, Cabrera RM, Saucedo Mdel S, Fernandez ML. Ballesteros MN, RM Cabrera, Saucedo Mdel S, Fernandez ML. 2004. Dietary Cholesterol Does Not Increase Biomarkers For Chronic Disease In A Pediatric Population From Northern Mexico. Am J Clin Nutr. 80(4):855-61. PMID:15447890.
Blumberg J, Johnson E. 2003. Lutein and disease prevention. Papers presented at the annual American Dietetic Association Conference, San Antonio, TX, and at the First International Scientific Symposium On Eggs and Human Health: The Transition from Restrictions to Recommendations, USDA, Washington, DC.
Cho HJ, Ham HS, Lee DS, Park HJ. Cho HJ, HS Ham, DS Lee, HJ Park. 2003. Effects of proteins from hen egg yolk on human platelet aggregation and blood coagulation. Biol Pharm Bull. Biol Pharm Bull. 26(10):1388-92.
Chung HY, Rasmussen HM, Johnson EJ. Chung HY, HM Rasmussen, EJ Johnson. 2004. Lutein bioavailability is higher from lutein-enriched eggs than from supplements and spinach in men. J Nutr. J Nutr. 134(8):1887-93.
David L. Nelson and Michael M. Cox . 2004. Lehninger Principles of Biochemistry Fourth Edition Chapter 21: Lipid Biosynthesis. by W. H. Freeman & Company.
E. Esteve-Garcia and JA GarcĂa-Regueiro. Egg quality: Chemical residues in respect to food safety Camps i Granja Armet, 17.121 Monells, Spanyol
Mohammad, S.S. 2004. http/www/Gili.net/livestock
Shannon J, Ray R, Wu C, Nelson Z, Gao DL, Li W, Hu W, Lampe J, Horner N, Satia J, Patterson R, Fitzgibbons D, Porter P, Thomas D. 2005. Food and botanical groupings and risk of breast cancer: a case-control study in Shanghai, China. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. Kanker Epidemiol biomarker Prev. 14(1):81-90.
Wormser,H. 2004. Lipoprotein metabolism. Medicinal Chemistry. PSC 3110 Fall 2004.
Langganan:
Postingan (Atom)