Perkebunan kelapa sawit setiap 25 tahun akan melakukan peremajaan tanaman yang biasa dikenal dengan istilah “replanting”. Alasan lain untuk melakukan replanting adalah produksi tanaman yang sudah turun dan sulitnya pemanenan karena tanaman yang sudah terlalu tinggi yakni sekitar 17 meter.
Hasil replanting salah satunya adalah umbut sawit. Umbut sawit itu sendiri adalah ujung titik tumbuh batang kelapa sawit bertekstur lunak yang akan tumbuh menjadi pelepah dan daun kelapa sawit. Sampai saat ini, hasil replanting tanaman kelapa sawit berupa umbut sawit belum dimanfaatkan secara optimal. Pada saat replanting umbut sawit terbuang begitu saja dan tidak ada yang memanfaatkannya. Hal ini memberi peluang pada peternak untuk memanfaatkannya sebagai bahan pakan alternatif pengganti hijauan pakan ternak.
Pemanfaatan umbut sawit hasil replanting didukung dengan kondisi perkebunan kelapa sawit, dimana pada dekade ini, kelapa sawit di Indonesia memasuki babak baru yaitu sebagian besar memasuki generasi ke dua. Bahkan untuk Sumatera Utara dan sebagian Lampung rata-rata memasuki generasi ketiga atau keempat. Diperkirakan luas areal yang siap untuk di-replanting adalah 1,5 juta Ha sehingga asumsi kelapa sawit akan direplanting pertahun adalah 5% maka tiap tahun kebun sawit di-replanting sebanyak 75.000 Ha/tahun. Kebun kelapa sawit ini sebagian besar terdapat di Sumatera Utara.
Bila dilihat dari kandungan nutrisinya, umbut sawit sangat potensial karena mengandung berbagai zat nutrisi yang dibutuhkan ternak. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa umbut sawit mengandung: 12,65% Protein kasar, 20,72% Serat Kasar, 3,66 Lemak Kasar, 0.45% Ca, 1,21% P, 46% TDN dan Energi Metabolisme sebesar 2630,1 kkal/kg. Umbut kelapa sawit dapat diberikan pada ternak ruminansia sebagai bahan pakan pengganti sumber serat.
Umbut sawit dapat diberikan sebagai pakan alternatif sampai level 30% pada Domba Jantan Persilangan Sei Putih. Pemberian sampai level 30% dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi (632,36 gram/ekor/hari) dan pertambahan bobot badan (64,68 gram/ekor/hari) serta menghasilkan konversi ransum yang tidak berbeda nyata dengan ransum kontrol (tanpa umbut sawit), (Harahap, A.S, 2008). Sedangkan Suryadi (2007), menyatakan umbut kelapa sawit fermentasi (aspergillus niger) dapat diberikan dalam ransum ayam broiler umur 0 - 8 minggu sampai level 20%.
Dengan demikian, umbut sawit merupakan salah satu solusi dalam pemecahan masalah kekurangan ataupun keterbatasan ketersedian hijauan pakan ternak disamping memanfaatkan limbah-limbah perkebunan dan pertanian lainnya sebagai pakan alternatif.
* Yunilas, Staf Pengajar Dep. Peternakan FP-USU Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar