Selasa, 31 Mei 2011

Dewasa ini produks unggas banyak dikaitkan dengan ketakutan akan kholesterol. Kenapa hal demikian terjadi, dan bagaimanakah cara untuk mengatasinya?




Produk unggas berupa telur dan daging merupakan pangan asal hewani/ternak memiliki nilai nutrisi tinggi yang selama ini sangat digemari masyarakat. Namun dewasa ini produk asal unggas ini semakin ditakuti karena maraknya mitos bahwa produk ini pemicu berbagai macam penyakit termasuk hiper kholesterol (meningkatkan kadar kholesterol dalam tubuh) karena mengandung kholesterol yang cukup tinggi.
Telur
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah. Zat lemak yang masuk ke tubuh lewat makanan mengalami pemecahan menjadi asam lemak bebas trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol Asam lemak bebas terdiri atas asam lemak jenuh (saturated fatty acid, disingkat SAFA), asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid, MUFA), dan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA). Sementara asam lemak bebas yang berlebihan akan tersimpan dalam bentuk trigliserida. Kolesterol yang berasal dari bahan makanan hewani merupakan unsur terpenting dari lemak. Selain berasal langsung dari makanan, juga bisa dibentuk dalam hati, berasal dari asam lemak jenuh hasil pemecahan trigliserida. Dalam metabolisme di hati, hanya asam lemak jenuh yang bisa dibentuk menjadi  kolesterol (Witjaksono, 2001). Kolesterol yang merupakan substansi lemak memang terdapat dalam setiap sel tubuh. Fungsinya juga penting. Selain sebagai sumber energi, juga berperan dalam pembentukan hormon dan membran sel. Belum lagi menjadi bahan pembentuk asam empedu dalam cairan empedu.
Di dalam tubuh, kolesterol membentuk ikatan kompleks lemak-protein - yang lebih dikenal dengan lipoprotein - seperti chylomicron, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Kadar LDL dan HDL erat hubungannya dengan terjadinya endapan dalam pembuluh darah. Apabila kadar kolesterol lebih  daripada proteinnya, maka akan terbentuk senyawa lipoprotein berkepadatan rendah - disebut LDL - dan dikenal sebagai kolesterol “jahat”. Sebaliknya, kalau kadar kolesterol lebih sedikit dan  protein lebih banyak, akan terbentuk senyawa lipoprotein berkepadatan tinggi atau HDL, dan dikenal sebagai kolesterol ”baik”. LDL dikatakan kolesterol “jahat” karena memudahkan endapan lemak mengendap pada dinding bagian dalam pembuluh darah. Semakin tebal endapan, pembuluh darah jantung akan makin tersumbat atau mengalami penebalan atau pengerasan (aterosklerosis). HDL dikatakan “baik” karena membantu membuang kolesterol LDL dari jaringan tubuh (Mohammad, 2004).
Diketahui bahwa ayam potong dan petelur mengandung kholesterol dalam daging dan telurnya. Kandungan itu bisa mencapai 200 miligram atau bahkan lebih kholesterol. Sedangkan kebutuhan kolesterol manusia berkisar 1000-1500 miligram. Asumsi konsumsi kholesterol 400 mg/hari, 200 mg diabsobsi, 1000 mg dikeluarkan (ekskresi), dan 800 mg dari synthesis de novo.



Berdasarkan hasil penelitian Dr. Wanda Howell dan koleganya di University of Arizona membuktikan bahwa bukan kandungan kolesterol dalam menu makanan yang mempengaruhi kadar kholesterol dalam tubuh. Penyebab utama peningkatan kadar kholesterol dalam tubuh adalah penyusupan lemak jenuh melalui makanan. Sehingga ketakutan memkonsumsi produk asal unggas tidak perlu terjadi.
Cholesterol dari makanan:
·      Produk hewan – telur
·      Diabsorbsi sekitar 50%
·      Konsumsi meningkat=penyerapan menurun
·      Dieksresi  1 g / hari (asam empedu)

Publikasikan jurnal American Medical Association menyebutkan, mengonsumsi sebutir telur atau lebih dalam menu makan sehari-hari tidak berdampak terhadap risiko serangan jantung koroner bagi orang-orang yang sehat. Hingga saat ini, belum ada publikasi ilmiah yang menyatakan telur menjadi penyebab penyakit jantung. Penyakit jantung koroner biasanya diderita oleh orang yang mempunyai hiper lipidemia primer (tingginya kadar kolesterol dan lemak darah akibat gangguan proses metabolisme lemak di dalam tubuh). Bagaimanapun, kolesterol diperlukan dalam proses metabolisme normal di dalam tubuh kita.
Telur mengandung protein berkualitas tinggi yang mudah dicerna, telur ayam merupakan sumber vitamin D, riboflavin, vitamin B13, dan iodin. Telur ayam juga sumber vitamin A, folat, dan asam pantotenik. Protein pada telur ayam sendiri mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat. E. Esteve-Garcia at al dalam Egg quality: Chemical residues in respect to food safety residu mengemukakan bahwa Telur adalah sumber makanan yang sangat gizi, mengandung: Asam amino esensial, Vitamins (kecuali vitamin C) dan karotenoid menarik lainnya (lutein, zeaxanthin), mineral essensial serta asam linoleat dan asam linolenat.
Putih telur ayam juga mengandung lemak, tapi jumlahnya tak terlalu banyak. Lemak pada telur ayam terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kholesterol. Kholesterol termasuk keluarga lemak, zat ini merupakan salah satu dari komponen lemak itu sendiri. Kehadiran lemak sendiri dalam tubuh kita sesungguhnya memiliki fungsi sebagai zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping zat gizi lainnya seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
            David L. Nelson and Michael M. Cox (2004), menyatakan kholesterol berfungsi sebagai komponen essensial dari membrane sel hewan, prekursor dari hormon steroid dan  garam empedu, prekursor dari vitamin D dan  tidak dibutuhkan dalam makanan manusia sebab sel kita dapat mensintesa kholesterol de novo. Selanjutnya dikatakan biosynthesis kholesterol terjadi di dalam sitosol yang dimulai dengan acetyl-CoA. Semua sel bisa membuat cholesterol tetapi hati lebih aktif.
biosynthesis6
James P. Seward MD MPP Associate Clinical Professor University of California, Berkeley dalam Review of Cholesterol and Lipoproteins mengambarkan lintasan metabolisme kholesterol di dalam tubuh seperti dibawah ini.


Metabolisme kolesterol saling tergantung pada beberapa lintasan. Lintasan ini menjaga keseimbangan kolesterol antara sintesis kolesterol dan penyerapan di satu sisi dan ekskresi kolesterol di sisi lain.

Net Cholesterol Balance in Humans

Slide 4.tif                                                    0006229D
Hard Drive                     B2E74731:

Mekanisme Kolesterol

Kholesterol sendiri sebenarnya merupakan lemak yang tidak terlalu larut di dalam darah. Karena sifatnya yang tidak terlalu larut dalam darah itu, maka kholesterol butuh bantuan untuk dapat beredar dalam pembuluh darah tubuh. Kholesterol dalam darah akan terikat pada lipoprotein yang dapat membantu kholesterol untuk beredar di dalam pembuluh darah tubuh
Selain tubuh dapat memproduksi kholesterol sendiri, tubuh juga mendapatkan kholesterol dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari, terutama dari kuning telur, kerang-kerangan seperti udang, kepiting, jeroan (usus, babat, hati, limpa, otak, ginjal, dan jantung) serta makanan yang berasal dari susu (mentega, keju).
Kholesterol diproduksi di dalam hati sekitar 1gr/hari serta juga usus halus kemudian akan beredar didalam darah. Dalam kandungan darah, kholesterol terikat oleh suatu zat lipoprotein, zat tersebut terdiri dari:
  • Kilomikron, kilomikron adalah suatu zat yang memiliki fungsi membawa energi dalam bentuk lemak ke otot.
  • VLDL (Very Low Density Lipoprotein), zat yang berfungsi untuk membawa kholesterol yang telah dikeluarkan oleh hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi.
  • LDL (Low Density Lipoprotein),
  • IDL (Intermediate Low Density Lipoprotein), dan
  • HDL (High Density Lipoprotein).

http://rx.stlcop.edu/pathophysiology/LIPIDS/img026.jpg

cholesterolDalam menjalankan fungsinya, kholesterol yang memiliki kepadatan protein lebih rendah (VLDL, ILDL, LDL) mudah sekali menempel dalam dinding pembuluh darah koroner sehingga menimbulkan plak (timbunan lemak pada dinding pembuluh darah ini akrab disebut dengan plak aterosklerosis).
Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut, maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung, dan lainnya yang mengarah fatal kepada tubuh manusia. Oleh karena itu LDL dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat.
Sementara HDL bersifat menangkap kholesterol yang sedang dalam keadaan bebas di pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut. Oleh karenanya HDL akrab dianggap sebagai kholesterol yang baik. Sejatinya, kholesterol yang kita butuhkan tersebut dalam keadaan normal diproduksi sendiri oleh tubuh sudah dalam jumlah yang tepat. Namun, pola makan yang tidak benar menyebabkan jumlahnya menjadi berlebih jauh dari yang sekedar dibutuhkan oleh tubuh.
Timbulnya kholesterol dalam jumlah yang kelewat tinggi, diantaranya disebabkan oleh terlampau berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan serta makanan-makanan yang dewasa ini disebut sebagai makanan sampah (junkfood).

Low Density Lipoprotein

Sesuai dengan istilah penamaanya, kholesterol LDL (low density liporotein) ini memiliki kadar protein lebih sedikit dan memiliki kandungan kholesterol lebih banyak. Dalam perjalanannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, kholesterol ini memiliki sifat yang mudah sekali menempel pada dinding pembuluh darah.

low%20denstSebuah ilustrasi yang memperlihatkan  kolesterol dengan densitas rendah
(kolesterol LDL)
Ketika proses penempelan pada dinding pembuluh darah ini berakumulasi, timbunan tersebut menjadi plak lemak dan volumenya bertambah hingga menyempitkan aliran dalam pembuluh darah. Ketika sebuah aliran dalam pembuluh darah tersumbat, berbagai macam ancaman yang fatal berpotensi menyerang tubuh manusia diantaranya stroke, penyakit jantung koroner dan lainnya bahkan kematian. Akibatnya kolesterol golongan LDL dewasa ini akrab dengan sebutan ‘si kolesterol jahat’.
Kholesterol LDL-lah yang disebut-sebut sebagai biang keladi dari berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan dari keburukan kholesterol. ‘Kejahatan’ yang ditimbulkannya dapat berakibat sangat fatal bagi tubuh. Namun demikian, tidak semua kholesterol memiliki karakter yang ‘jahat’ sebagaimana kholesterol LDL, dalam peredaran darah masih terdapat kolesterol HDL (high density lipoprotein). Kholesterol yang memiliki kepadatan protein lebih tinggi ini memiliki sifat penolong dalam fungsi peredaran darah, yakni mengikat dan membawa kholesterol LDL yang menempel dalam dinding pembuluh darah hingga melanjutkan ‘perjalanan’ ke seluruh tubuh untuk menjadi cadangan energi sebagaimana semestinya.
Kholesterol LDL hadir dari hasil produksi alamiah oleh tubuh. Bagaimanapun,  sebenarnya tubuh memiliki kemampuan untuk meproduksi kholesterol yang telah sesuai kadar yang dibutuhkan, namun akibat dari konsumsi lemak jenuh, trans fat, dapat meningkatkan kadar kholesterol LDL lebih dari normal.
Ketika LDL terlalu banyak beredar di dalam darah, LDL akan memperlambat pembentukan dinding pembuluh darah arteri bagian dalam yang memberikan asupan nutrisi dan oksigen ke jantung dan otak. Bersama dengan substansi lainnya, LDL akan membentuk plak, yaitu suatu deposit yang keras dan tebal di pembuluh darah yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan membuatnya kurang atau tidak lentur lagi. Kondisi ini dikenal dengan aterosklerosis. Apabila terdapat pembentukan clotting atau pembekuan dari sel-sel darah, maka hal ini akan menyebabkan sumbatan yang berakibat pada terjadinya serangan jantung atau stroke.
Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan kadar kolesterol LDL tetap rendah dan menambah kadar kolesterol HDL untuk terbebas dari ancaman hiper kholesterol. Cara pengendalian yang ada adalah dengan mengendalikan pola makan dan diet makanan yang memiliki kadar lemak rendah.

High Density Lipoprotein

undefined
Add caption
  Sebuah ilustrasi yang menggambarkan
   rupa anatomi kolesterol HDL
Kebalikannya dengan LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipopreotein) kholesterol yang sering disebut sebagai kholesterol baik. Disebut baik, karena karakter sifatnya yang mengikat kholesterol LDL yang sangat mudah membuat timbunan plak lemak di dinding pembuluh darah hingga menyebabkan penyumbatan yang berakibat fatal.

Sifat HDL mengangkut kholesterol yang memiliki kadar protein lebih sedikit dan mampu membawa kelebihan kholesterol jahat di pembuluh arteri untuk dibuang. HDL mencegah kholesterol mengendap di arteri dan mencegah aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
Selain itu, fungsi HDL juga memindahkan kholesterol yang ada di dalam sel ke hati untuk kemudian dieliminasi dari tubuh. HDL tidak hanya memindahkan kholesterol dari dalam sel, namun juga menghambat terjadinya oksidasi LDL. Semakin  tinggi kadar HDL sering dihubungkan dengan semakin rendah kejadian penyakit jantung serta stroke.
undefined
      Perbandingan kolesterol HDL
       dengan LDL
Kholesterol HDL dapat ditingkatkan kadarnya di dalam darah dengan aktivitas olahraga secara rutin. Selain itu dengan pengendalian pola makan kita juga dapat mengatur kadar HDL demi kesehatan tubuh kita. Namun demikian, bukan berarti kholesterol tidak memiliki fungsi bagi tubuh manusia.
Dalam berbagai proses metabolisme tubuh, kholesterol juga mengambil peran penting diantaranya:
·         Proses pembentukan sel-sel dalam tubuh, lemak berperan sebagai pembentuk dinding- dinding sel.
·         Dibutuhkan untuk bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid.
·         Membuat asam empedu untuk proses emulsi lemak.
·         Dibutuhkan untuk membuat vitamin D dan juga berperan sebagai bahan untuk membuat hormon - hormon sex dan kortikosteroid.
Manfaat lain dari produk unggas (telur dan daging) terhadap kesehatan seperti satu buah kuning telur mengandung lebih dari 25% kebutuhan choline setiap hari. Orang dewasa membutuhkan 425 g kholine per hari, sedangkan anak balita butuh 250 g per hari. Sebuah penelitian mengungkapkan konsumsi choline yang cukup bisa menurunkan risiko kanker payudara. Shannon J, at al. (2005) menyatakan perempuan yang mengkonsumsi telur minimal 6 seminggu sangat protektif, menurunkan risiko kanker payudara sebesar 44% dibandingkan dengan wanita hanya mengkonsumsi 2 butir telur seminggu (telur juga mengandung antioksidan serta lutein yang membantu mencegah gangguan penglihatan akibat penuaan dan katarak. Kadar lutein dalam telur bahkan lebih banyak dibanding pada sayuran berdaun hijau.
Lutein, suatu karotenoid untuk membantu mencegah degenerasi makula terkait usia dan katarak, dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi bahkan dalam telur daripada di sayuran hijau seperti bayam, yang telah dianggap sebagai sumber makanan utama, maupun suplemen. Lutein ester alami yang ditemukan dalam telur adalah sebagai atau bahkan lebih bioavailable sebagai bentuk gizi yang ditawarkan dalam produk lutein dimurnikan. Telur dari ayam makan kelompok marigold (yang tinggi lutein), bayam (salah satu sumber paling terkenal lutein diet ), lutein ester suplemen (dimurnikan lutein) dan lutein suplemen. Perbedaan di tingkat lutein serum pada berbagai jenis dosis hari pertama diamati setelah dosis pertama: lutein serum pada telur secara signifikan lebih besar daripada suplemen tetapi tidak lebih dari respon terhadap bayam. Setelah sembilan hari dosis lutein, respon lutein serum secara signifikan lebih besar dalam fase telur dari salah suplemen atau bayam. Intinya: penelitian ini menunjukkan bahwa makanan kaya lutein mungkin lebih efektif meningkatkan konsentrasi lutein di mata daripada suplemen (Blumberg J, at al. 2003).
 Penelitian tambahan, pada studi manusia Journal of Nutritional, menegaskan lutein yang paling baik diserap dari  kuning telur bukan suplemen atau bahkan bayam. Kuning telur, meskipun mereka mengandung lutein secara signifikan kurang dari bayam, adalah sumber yang jauh lebih bioavailable meningkat konsumsi konsentrasi lutein dalam darah dibanding dari bayam. Meskipun mekanisme oleh kuning telur meningkatkan bioavailabilitas lutein belum diketahui, kemungkinan disebabkan oleh lemak (kolesterol dan choline) yang ditemukan dalam kuning telur. Lutein, seperti karotenoid lain, adalah yang larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diserap kecuali lemak juga hadir. Untuk meningkatkan penyerapan maksimal lutein,disarankan menggabungkan telur dan bayam (Chung HY, at al. 2004).
Membantu Mencegah Penggumpalan Darah. Makan telur bisa membantu menurunkan resiko serangan jantung atau stroke dengan membantu untuk mencegah pembekuan darah. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Buletin Biologi dan Farmasi menunjukkan bahwa protein dalam kuning telur tidak hanya inhibitor agregasi trombosit manusia, tetapi juga memperpanjang waktu yang diperlukan untuk fibrinogen, suatu protein dalam darah, untuk dikonversi menjadi fibrin. Fibrin berfungsi sebagai tempat di mana gumpalan platelet bersama dengan sel darah merah dan putih disimpan untuk membentuk bekuan darah (Cho HJ, at al. 2003).
Orang yang punya penyakit jantung pun tidak disarankan untuk pantang telur. Mereka disarankan untuk mengurangi konsumsi kuning telur menjadi dua kali dalam seminggu. Studi terkini juga tidak menemukan kaitan antara makan enam kuning telur setiap minggu dengan kejadian serangan jantung atau stroke pada orang sehat.
Di Meksiko utara, daerah di mana makanan jumlah lemak tinggi karena ketergantungan pada biaya rendah untuk produk daging dan tortilla dibuat dengan minyak terhidrogenasi, penyakit arteri koroner adalah umum. Peneliti mengevaluasi efek dari konsumsi harian keseluruhan telur pada rasio LDL (jahat) kolesterol HDL (baik) kolesterol, dan fenotipe pada 54 anak-anak (8-12 tahun) dari daerah ini. Sebulan makan 2 butir telur setiap hari, bukan hanya tidak memperburuk rasio anak-anak LDL: HDL, yang tetap sama, tetapi ukuran kolesterol LDL mereka bertambah-perubahan yang sangat menguntungkan karena LDL yang lebih besar lebih kurang aterogenik (mungkin untuk mempromosikan aterosklerosis) dari subfraksi LDL yang lebih kecil. Di antara anak-anak yang awalnya memiliki resiko tinggi LDL fenotipe B, 15% dialihkan ke LDL fenotipe berisiko rendah setelah satu bulan makan telur utuh (Ballesteros MN, at al. 2004).
Para ahli merekomendasikan konsumsi 1000 mg DHA dan EPA setiap hari, mengingat kebanyakan orang jarang mengonsumsi ikan. Untuk mendapatkan manfaat yang sama, disarankan mengonsumsi telur yang sudah diperkaya dan mengandung 300 mg omega-3 ini.
Untuk membantu menurunkan kadar kholesterol, sebaiknya kita mengurangi atau sama sekali tidak mengonsumsi lemak jenuh dan trans fat serta menggantinya dengan lemak tak jenuh (monounsaturated atau polyunsaturated fat). Kita juga sebaiknya mengurangi jumlah asupan lemak per harinya. The American Heart Association merekomendasikan asupan kholesterol perhari kurang dari 300 mg. Apabila memiliki penyakit jantung, asupan kholesterol sebaiknya kurang dari 200 mg.
Beberapa penelitian terus dilakukan sebagai solusi untuk meminimalisasi kandungan kholesterol dari produk asal unggas (daging dan telur). Upaya yang dilakukan dapat melalui manajemen pemeliharaan (pemberian pakan) atau penanganan produks telur dan daging pasca panen agar dapat menurunkan kadungan kholesterolnya. Disamping itu, perlu adanya sosialisasi manfaat produk pangan asal unggas (telur dan daging) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dan kesehatan tanpa dibayangi mitos bahwa telur atau daging unggas meningkatkan kolesterol.

Referensi:

Ballesteros MN, Cabrera RM, Saucedo Mdel S, Fernandez ML. Ballesteros MN, RM Cabrera, Saucedo Mdel S, Fernandez ML. 2004. Dietary Cholesterol Does Not Increase Biomarkers For Chronic Disease In A Pediatric Population From Northern Mexico. Am J Clin Nutr. 80(4):855-61. PMID:15447890.

Blumberg J, Johnson E. 2003. Lutein and disease prevention. Papers presented at the annual American Dietetic Association Conference, San Antonio, TX, and at the First International Scientific Symposium On Eggs and Human Health: The Transition from Restrictions to Recommendations, USDA, Washington, DC.

Cho HJ, Ham HS, Lee DS, Park HJ. Cho HJ, HS Ham, DS Lee, HJ Park. 2003. Effects of proteins from hen egg yolk on human platelet aggregation and blood coagulation. Biol Pharm Bull. Biol Pharm Bull. 26(10):1388-92.

Chung HY, Rasmussen HM, Johnson EJ. Chung HY, HM Rasmussen, EJ Johnson. 2004. Lutein bioavailability is higher from lutein-enriched eggs than from supplements and spinach in men. J Nutr. J Nutr. 134(8):1887-93.

David L. Nelson and Michael M. Cox . 2004. Lehninger Principles of Biochemistry Fourth Edition Chapter 21: Lipid Biosynthesis. by W. H. Freeman & Company.

E. Esteve-Garcia and JA García-Regueiro. Egg quality: Chemical residues in respect to food safety Camps i Granja Armet, 17.121 Monells, Spanyol

Mohammad, S.S. 2004. http/www/Gili.net/livestock
Shannon J, Ray R, Wu C, Nelson Z, Gao DL, Li W, Hu W, Lampe J, Horner N, Satia J, Patterson R, Fitzgibbons D, Porter P, Thomas D. 2005.  Food and botanical groupings and risk of breast cancer: a case-control study in Shanghai, China. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. Kanker Epidemiol biomarker Prev. 14(1):81-90.

Wormser,H. 2004.  Lipoprotein metabolism. Medicinal Chemistry. PSC 3110 Fall 2004.


Minggu, 16 Agustus 2009

POTENSI LIMBAH KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK

Produksi kakao di Indonesia cenderung meningkat seiring dengan program pemerintah dalam pengembangan tanaman kakao. Selama lima tahun terakhir ini produksi kakao terus meningkat sebesar 7,14% pertahun atau 49.200 ton pada tahaun 2004 (Baharuddin, 2007). Jika proporsi limbah mencapai 74 % dari produksi, maka limbah kulit buah kakao mencapai 36.408 ton per tahun. Hal ini merupakan suatu potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.

Kulit buah kakao merupakan hasil samping dari pemprosesan biji coklat dan merupakan salah satu limbah dari hasil panen yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu bahan pakan ternak. Kulit buah kakao dapat menggantikan sumber-sumber energi dalam ransum tanpa mempengaruhi kondisi ternak (Smith dan Adegbola, 1982).

Limbah kulit buah kakao ini memiliki peranan yang cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan pakan ternak ruminansia khususnya kambing, terutama pada musim kemarau. Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam bentuk segar maupun dalam bentuk tepung yang telah diolah. kandungan gizi Kulit buah kakao (Shel food husk) terdiri dari 88 % BK, 8 % PK, 40 % SK, 50,8 % TDN, dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40 % (Sunanto,1994).

Hasil penelitian menunjukkan kulit buah kakao segar yang dikeringkan dengan sinar matahari kemudian dicincang dan selanjutnya dapat digunakan sebagai pakan ternak (Baharuddin, 2007). Namun, pemberian limbah kulit buah kakao secara langsung pada ternak justru akan menurunkan berat badan ternak, sebab kadar protein kulit buah kakao rendah, sedangkan kadar lignin dan selulosanya tinggi. Oleh karena itu sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan ternak perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan nilai nutrisi yang baik tapi ada batasan konsentrasi penggunaannya karena mengandung seyawa anti nutrisi theobromin.

Kulit buah kakao mengandung alkaloid theobromin (3,7 – dimethylxantine) yang merupakan factor pembatas pada pemakaian limbah kakao sebagai pakan ternak. Smith dan Adegbola (1982) menyatakan kandungan nutrisi kulit buah kakao: Bahan kering 84,00 – 90,00, Protein kasar 6,00 – 10,00, Lemak 0,50 – 1,50, Serat kasar 19,00 – 28,00, Abu 10,00 – 13,80 dan BETN 50,00 – 55,60 sedangkan Amirroenas (1990) menyatakan kandungan bahan kering 91,33, protein kasar 6,00, lemak 0,90, serat kasar 40,33 abu 14,80 BETN 34,26 dan Roesmanto (1991) bahwa bahan kering 90,40, protein kasar 6,00, lemak 0,90 serat kasar 31,50, abu 16,40, Kalsium 0,67 dan Pospor 0,10.

Kandungan Theobromin (%) pada Bagian-Bagian Buah Kakao yaitu kulit buah 0,17 - 0,20; kulit biji 1,80 – 2,10 dan biji 1,90 – 2,0 (Wong, dkk 1988). Rantan (2004) menyatakan bahwa limbah kakao dapat digunakan sebagai pakan ruminansia, cocok sebagai pakan tambahan protein pada pakan basal karena mengandung protein kasar tinggi 14-22%, serat kasar relatif rendah (13-26%) tetapi mengandung lemak tinggi (3 – 9%) yang kurang baik bagi proses pencernaan (Abdulsamin dan tangendjaja (1989), Mahyudin dan Bakri (1992), Haryati dan Sutikno (1994), Oba dan Allien (2000).

Limbah kakao (kulit dan plasenta) mengandung serat, protein, lemak serta sejumlah asam organik dan berpotensi menjadi bahan pakan ternak kambing. Agar dapat diberikan dalam jumlah yang optimal maka kulit buah kakao perlu diolah terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Sianipar (2007) menyatakan, penggolahan limbah kulit buah kakao sebagai silase dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan protein, juga dapat disimpan relatif lama (2 – 3 bulan) dan penggunaan optimal sebesar 20% bahan kering dalam ransum atau sebesar 60% dalam pakan penguat sebagai pakan kambing lokal sedang tumbuh.

Limbah dari kulit buah kakao dapat dibuat pakan ternak dengan kandungan nilai gizi tinggi melalui proses fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian BPTP Bali, anak kambing PE yang hanya diberikan hijauan, pertumbuhannya rata-rata 65 gram/ekor/hari. Namun bila diberi konsentrat dari limbah kakao terfermentasi dengan dosis yang sama memberikan pertumbuhan 115-120 gram/ekor/hari.

Daftar acuan:
1.Baharuddin, W. 2007. Mengelola Kulit Buah Kakao Menjadi Bahan Pakan Ternak. http://DisnakSulsel.Info/
2. Haryati,T dan A.I. Sutikno. 1994. Peningkatan Kulit Buah Kakao melalui Bioproses dengan Beberapa Jenis Kapang. Jurnal Ilmu dan Peternakan V8(1);34-37

Rabu, 05 Agustus 2009

Pengaruh Pemberian Umbut Sawit Terhadap Karkas Ayam Pedaging

oleh: Yunilas, Roeswandy dan Deni Setiawan Ginting (Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 4 No 2. Agustus 2008)

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan tepung umbut sawit dalam ransum terhadap bobot hidup, bobot karkas dan persentase karkas ayam pedaging umur 8 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Setiap ulangan menggunakan lima ekor ayam. Perlakuannya adalah U0 = tanpa pemberian umbut kelapa sawit, U1 = 5 % tempung umbut kelapa sawit, U2 = 10 % tempung umbut kelapa sawit, U3 = 15 % tempung umbut kelapa sawit, U4 = 20 % tempung umbut kelapa sawit. Parameter yang diamati adalah bobot hidup, bobot karkas, persentase karkas dan income over feed cost (IOFC) ayam pedaging umur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan rataan bobot hidup tertinggi terdapat pada perlakuan U2 sebesar 2100,83 g/ekor dan terendah pada perlakuan U4 2032,50 g/ekor. Rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuan U2 sebesar 1523,33 g/ekor dan terendah pada perlakuan U4 sebesar 1415,00 g/ekor. Rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada perlakuan U2 sebesar 72,56 % dan terendah pada perlakuan U4 sebesar 69,67 %. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemanfaatkan umbut sawit dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot hidup, bobot karkas dan persentase karkas ayam pedaging umur 8 minggu, sedangkan nilai IOFC tertinggi diperoleh pada pemberian 10% tepung umbut kelapa sawit (perlakuan U2). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah umbut sawit dapat diberikan dalam ransum ayam pedaging sampai level 20 %. Pemberian umbut sawit pada level 10% dalam ransum memberi hasil yang terbaik dengan IOFC tertinggi.

Minggu, 26 Juli 2009

Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan Sebagai Pakan Tambahan Kambing Kacang Terhadap Karkas Serta Perbandingan Daging Dan Tulang Selama Penggemukkan

Pendahuluan

Sumatera utara sebagai salah satu wilayah yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan pemanfaatan limbah perkebunan sebagai pakan tambahan untuk ternak. Berdasarkan data Perkebunan Sumatera Utara (1998), menyebutkan bahwa daerah yang mempunyai perkebunan paling luas adalah Kabupaten Deli Serdang yaitu seluas 61.550,43 Ha untuk perkebunan sawit, 20.370,90 Ha untuk perkebunan coklat dan 11.665,92 Ha perkebunan tebu. Kemudian diikuti daerah Langkat, Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Labuhan Batu.

Luasnya lahan perkebunan yang ada dapat memberi ketersediaan limbah yang cukup sepanjang tahun bagi ternak ruminansia. Limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan dapat berupa daun dan pelepah sawit, bungkil inti sawit, lumpur sawit, kulit buah kakao dan kulit biji kakao.

Daun sawit memiliki kandungan serat kasar lebih tinggi yaitu 32.55% diikuti lumpur sawit sebesar 16%. Dan kandungan serat kasar terendah adalah bungkil inti sawit sebesar 10.50%. Sementara itu kandungan protein tertinggi adalah bungkil sawit 15.40% sedangkan lumpur sawit dan daun sawit sama yaitu13%. Akan tetapi kulit coklat memiliki kandungan serat kasar sebesar 33.10% dengan kandungan protein sekitar 5,16%. Kemampuan ternak ruminansia untuk mencerna serat kasar cukup tinggi menyebabkan limbah perkebunan ini tidak perlu diolah lebih lanjut.

Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penenlitian seberapa besar pemanfaatan lumpur sawit, bungkil sawit, daun dan pelepah sawit, kulit buah kakao dan kulit biji kakao terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama penggemukkan.


Bahan dan Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian berlangsung selama 3 bulan.
Bahan dan Alat Penelitian
· Kambing kacang jantan lepas sapih sebanyak 18 ekor dengan kisaran bobot badan 12,4 + 1,22 kg.
· Perbandingan rumput lapangan dengan konsentrat 75% : 25%
· Konsentrat terdiri dari:
K1 = pakan konvensional yang terdiri dari dedak, bungkil kelapa, tepung jagung, molases, ultra
mineral, garam dan urea.
K2 = pakan hasil sampingan perkebunan sawit yang terdiri dari bungkil inti sawit, lumpur sawit,
daun dan pelepah sawit, molases, ultra mineral, garam dan urea.
K3 = pakan hasil perkebunan kakao yang terdiri dari kulit buah kakao, kulit biji kakao, tepung
jagung, molases, ultra mineral, garam dan urea.
· Obat-obatan seperti obat cacaing (Kalbazen), anti-bloat untuk obat kembung, tetramycin
(salep mata) dan vitamin.
· Peralatan yang terdiri dari kandang 18 unit beserta perlengkapanya, tempat makan dan
minum, timbangan, pisau, lastik dll.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan.
K1 = pakan konvensional
K2 = Pakan hasil sampingan perkebunan sawit
K3 = Pakan hasil sampingan perkebunan coklat

Parameter yang diamati

a. Bobot karkas; yaitu bobot yang diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah dipuasakan (bobot
potong) dengan bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), alat
reproduksi dan ekor.
b. Persentase karkas; yaitu bobot karkas segar dibagi dengan bobot tubuh kosong dikali seratus
persen. Bobot tubuh kosong adalah bobot potong dikurangi isi saluran pencernaan.
c. Bobot lemak; bobot yang diperoleh dari lemak sub kutan, lemak inter muskuler, serta lemak
ginjal dan pelvis.
d. Perbandingan antara daging dan tulang; perbandingan daging dan tulang diperoleh dari
karkas yang telah dibuang lemaknya kemudian dibandingkan antara daging dan tulangnya
dalam persen.

Hasil dan Pembahasan


Bobot karkas

Dari hasil analisis keragaman memperlihatkan bahwa, pemberian pakan konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan sawit, pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak berpengaruh nyata (P > 0.05) terhadap bobot karkas. Ini berarti bahwa dengan pemberian ke tiga konsentrat tersebut menghasilkan bobot karkas yang sama, walaupun secara angka bobot karkas antar perlakuan berbeda namun tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh nilai nutrisi yang terkandung dari masing-masing perlakuan tidak jauh berbeda terutama pada kandungan protein.

Tidak terdapatnya perbedaan yang nyata dari ketiga perlakuan, juga disebabkan karena bobot potong yang tidak nyata pula. Hal ini didukung oleh pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang diperoleh, maka semakin tinggi bobot karkas, persentase karkas dan bobot lemak yang didapat.

Persentase karkas

Dari hasil analisis keragaman diatas, dapat dilihat bahwa pemberian konsentrat konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak berpengaruh nyata ( P > 0.05 ) terhadap persentase karkas kambing kacang jantan. Faktor yang menyebabkan tidak nyatanya persentase karkas tersebut adalah adanya hubungan antara pakan yang dikonsumsi dengan persentase karkas yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Devendra (1977) yang menyatakan persentase karkas yang diperoleh dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi ternak.

Selain itu, bobot potong juga mempengaruhi persentase karkas, dimana bobot potong dari penelitian ini tidak berbeda nyata antar perlakuan. Moran (1997) disitasi Agus (1998) menyatakan persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak pedaging, karena sangat erat hubungannya dengan bobot hidup dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkas meningkat.

Lemak

Berdasarkan analisis keragaman diperoleh hasil bahwa pemberian konsentrat konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak berpengaruh nyata ( P > 0.05 ) terhadap bobot lemak subkutan, bobot lemak intramuskuler dan bobot lemak ginjal + pelvik. Hasil yang tidak nyata disebabkan oleh bobot potong yang tidak nyata pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang diperoleh, maka semakin tinggi bobot karkas, persentase karkas dan bobot lemak yang didapat.

Perbandingan Daging dan Tulang

Hasil analisis keragamam memperlihatkan bahwa pemberian konsentrat konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak berpengaruh nyata ( P > 0.05 ) terhadap perbandingan daging dan tulang. Hal ini dapat disebabkan pengaruh bobot potong serta petambahan bobot badan yang tidak nyata selama penelitian. Persentase daging perlakuan yang diperoleh selama penelitian berkisar 64.8 - 65.6%. Hasil ini lebih tinggi dibanding hasil yang diperoleh Herman (1984) yaitu 60%.

Kesimpulan
Pemberian konsentrat konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao memberi hasil yang sama pada bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama penggemukkan.
sumber:
Hasnudi, Yunilas dan Freddy Marbun. 2006. Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan Sebagai Pakan Tambahan Kambing Kacang Terhadap Karkas Serta Perbandingan Daging Dan Tulang Selama Penggemukan. Jurnal Agribisnis Peternakan FP USU. Medan Vol. 2 N0. 2 Agustus 2006. hal. 49 – 55.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15163/1/agp-agu2005-1.pdf